Upos.id, Maros- Saat memasuki lingkungan baru, setiap orang akan menghadapi situasi yang mendorongnyauntuk melakukan penyesuaian diri, termasuk narapidana anak di Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) Kelas II Maros. Narapidana anak yang baru menjalani masa awal hukumannya diharuskan untuk mengikuti berbagai program pembinaan yang dilaksanakan oleh pihak LPKA Kelas II Maros sebagai proses reintegrasi. Namun, di sisi lain kehidupan yang dijalani narapidana anak selama berada di LPKA juga membuat dirinya menghadapi berbagai permasalahan psikologis, seperti kehilangan keluarga, kehilangan kontrol diri, dan kehilangan dukungan dari lingkungan sekitar. Berbagai permasalahan tersebut yang kemudian mendasari sulitnya anak dalam menyesuaikan dirinya terhadap kondisi baru yang sangat berbeda dengan kondisi sebelum ia masuk di LPKA.
Akibat dari kondisi tersebut membuat narapidana anak merasa tertekan, sehingga sulit mengikuti dan menerima program pembinaan yang dilaksanakan secara maksimal. Oleh karena itu, dalam mengatasi permasalahan tersebut Tim Program Kreativitas Mahasiswa bidang Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM-PM) Universitas Hasanuddin menghadirkan sebuah solusi yang berjudul “Psikoterapi Suportif Sebagai Solusi Psychological Adjustment Akibat Tekanan Perubahan Hidup bagi Narapidana Anak”. Program ini diusung untuk mengatasi tekanan perubahan hidup yang dirasakan oleh narapidana anak karena ketidakmampuannya untuk beradaptasi dengan situasi dan kondisi baru yang sangat berbeda dengan kehidupannya sebelum masuk di LPKA Kelas II Maros.
Anggota Tim, Muh. Ichwan menyampaikan bahwa rogram Psikoterapi Suportif merupakan sebuah metode pelatihan yang dirancang dengan metode operasional sederhana yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan narapidana anak agar dapat beradaptasi.
“Program Psikoterapi Suportif merupakan sebuah metode pelatihan yang dirancang dengan metode operasional sederhana yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan narapidana anak agar dapat beradaptasi dengan situasi yang sebelumnya membuat anak merasa tertekan. Pada dasarnya, terapi suportif merupakan terapi bicara agar narapidana anak dapat mengekspresikan keresehan mereka serta membantu dalam mengatasi tekanan emosional dan masalah hidup.” ungkap Ichwan.
Terapi ini menggunakan metode communication activities melalui presentasi dengan media Ms. Powert Point, games, sharing, dan evaluasi yang dikemas dalam berbagai kegiatan, yaitu Talk with Me, Accaeptance Class, dan Sense of Belonging yang diuraikan sebagai berikut.
- Tahap Talk with Me untuk melatih narapidana anak dalam meningkatkan self-esteem pada dirinya. Tujuan utama dari tahap ini adalah untuk memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada narapidana anak untuk mengungkapkan isi hatinya, sehingga ia merasa lega dan perasaan tertekan yang ia rasakan menjadi berkurang.
- Tahap Acceptance Class untuk melatih narapidana anak meyakinkan kembali dirinya melalui kemampuan dan potensi yang ada di dalam dirinya. Tujuan utama dari tahap ini adalah agar narapidana anak dapat lebih menghargai dirinya sendiri, menerima segala kekurangan dan kelebihan, mengetahui kemampuan dan kelemahan, tidak menyalahkan diri sendiri maupun orang lain, dan berusaha sebaik mungkin agar dapat berubah menjadi lebih baik dari sebelumnya.
- Tahap Sense of Belonging untuk melatih narapidana anak membangun sebuah perasaan yang terkait dengan rasa memiliki yang ada dalam dirinya. Perasaan ini mengacu pada perasaan dikenali, diterima, aman, nyaman, diperhatikan, dan juga didukung oleh orang lain atau suatu kelompok termasuk dirinya sendiri.
Melalui program Psikoterapi Suportif ini, tim pengabdi berharap dapat beradaptasi dengan situasi yang sebelumnya membuat narapidana anak merasa tertekan di LPKA Kelas II Maros dan dapat mengikuti dan menerima berbagai program pembinaan dengan maksimal.