Oleh : Asyraf Alharaer Assegaf (Mahasiswa FAKSHI IAIN Parepare)
UPOS.ID Beberapa tahun lalu ingatan-ingatan yang terserap hingga saat ini ialah tulisan berlembar-lembaran buku baru rapih dan terbalut bingkisan plastik. Tiap-tiap halaman tercium aroma kertas baru, menyimpan isi, kenangan dan tanda tanya sebelum membaca. ingatan-ingatan itu tersimpan rapi, seolah menunggu saat yang tepat untuk dibuka dan diresapi kembali.
Meski waktu seiring terus berjalan, ingatan-ingatan tersebut tetap utuh, tersimpan dan menjadi pengingat akan masa lalu. Seperti tulisan dalam buku yang dipelihara dengan baik, ingatan-ingatan kita adalah harta berharga yang menjembatani masa lalu dengan masa kini dan masa depan. Mimpi menjadi pembaca adalah inspirasi besar, sudut pandang mengasah ingatan menjelajahi berbagai dunia dalam tulisan-tulisan yang tertuang di lembaran-lembaran kertas.
Namun, kadang kiprah keinginan menghambat gerak menuliskan hasil olahan pikiran menaruh rasa ingin untuk tidak berbuat apa-apa, sering kali ingatan seperti itu terasa tersemat berulang-ulang di benak pikiran saya ketika ingin menuangkan arus pikiran yang mengalir secara menerus. Boleh jadi bermimpi menulis berada pada “angan-angan” benak pikiran yang mungkin tertunda.
“Jika anda ingin mengenal dunia, Maka membacalah. Jika anda ingin dikenal dunia, Menulislah” Itu yang di ungkapkan oleh, Armin Martajasa.
Itulah menjadi mimpi sebelum tidur yang kadang hasutan aliran pikiran membangunkan menuangkan atau (dalam) bermimpi itu muncul jadi inovasi segar, atau bahkan kisah-kisah indah. Kadang, antara kesadaran dan mimpi ada dorongan kuat untuk menuliskannya, seolah-olah kata-kata tersebut harus segera diabadikan sebelum menguap begitu saja.
Ada kalanya kedipan tiap kedipan mata kuat menahan perlahan yang ingin terpejam, detak jantung berdetak cepat seperti tak biasanya, dorongan keinginan bangkit dari posisi rebahan segera menuangkan ingatan tulisan sepintas. Tapi, itu hanya kadang berupa (dalam) mimpi seperti bayangan samar di balik kelopak mata tertutup dengan bunga-bunga tak terbendung tidur.
Namun tak jarang juga gairah bangkit yang kuat untuk terus di lawan, kebimbangan momen tubuh seolah memang tak mau lagi bergerak, itulah memunculkan pertarungan batin Antara Menulis atau (dalam) Bermimpi, tapi itu keinginan tuk tetap mencapai puncak ekspresi hangat pikiran berada dalam dekapan malam yang tenang tidak teringinkan.
Menjadi ungkapan Pramoedya Ananta Toer “Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang dalam Masyarakat dan dari Sejarah. Menulislah adalah bekerja untuk keabadian”.
Maka, teruslah abadikan segala ingatan baik bahkan (dalam) ingatan mimpi tuangkan inovasi tulisan-tulisan untuk keabadian bermakna sebelum membaca. “Semua orang akan mati kecuali karyanya, maka tulislah sesuatu yang akan membahagiakan dirimu di akhirat kelak” Ungkapan Ali Bin Abi Thalib.