Makassar, Upos.id — Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis (BEM FEB) Universitas Bosowa (Unibos) Makassar, menggelar kegiatan Seminar Nasional secara Hybrid (Daring dan Luring) dalam menyikapi perkembangan ekonomi secara global, Kamis (17/03/22).
Dengan tema, “Menyikapi Dampak Ekonomi dan Pertahanan Indonesia Perang Rusia dengan Ukraina”, sebagai bentuk kepedulian BEM FEB Unibos dalam perkembangan keamanan secara global, yang dapat berdampak terhadap ekonomi Nasional. Dipandu Abdul Karim yang merupakan Dosen FEB Unibos.
Ketua BEM FEB Unibos, Ariady, mengharapkan dengan terjadinya agresi meliter kedua Negara bertetangga tersebut tidak memberikan dampak negatif terhadap ketahanan nasional, utamanya pada sektor ekonomi.
Duta Besar Indonesia untuk Ukraina Periode 2017 – 2021, Yuddy Crisnandy, sebagai pembicara pertama, menyampaikan apresiasi terhadap kegiatan tersebut, karena secara nasional tidak semua BEM se-Indonesia yang memiliki kepedulian terhadap perkembangan Global.
“Perlunya kita memiliki kepedulian dan simpati terhadap apa yang dialami oleh Ukraina sebagai Negara yang merdeka dalam hal sisi kemanusiaan,” ungkap mantan Menteri PAN-RB RI ini.
Sementara Pembicara kedua, Ferry Irawan, Asisten Deputi Moneter dan Sektor Eksternal Kemenko Perekonomian RI lebih menenkan tentang issu pemulihan ekonomi nasional secara nasional. Akan tetapi dengan adanya agresi militer pada kedua Negara tersebut, tentu memberikan dampak tentang ketersediaan gandum secara nasional yang presentasenya mencapai diatas 20% dari Ukraina.
“Hal inilah menjadikan diperhatikan dalam stabilitas ketersediaan pangan nasional menjelang bulan Suci Ramadhan 1443 H/ 2022 M yang sisa menghitung hari. Dengan hal tersebut menjadikan beberapa keterlambatan dan penundaan ekspor pada dua Negara tersebut, tentunya ini memberikan pengaruh ekonomi secara nasional,” tuturnya.
Beda halnya Dekan FEB Unibos, Arifuddin Mane, yang melihat untuk mengakhiri genjatan senjatan dari kedua negara tersebut, maka pentingnya jalur diplomasi.
“Hal ini dapat diambil oleh Pemerintah Indonesia untuk menempuh jalur diplomasi di kedua Negara tersebut. Jika bukan tidak mungkin langkah ini dilakukan oleh Indonesia sebab ketergantungan ekonomi dari kedua Negara tersebut cukup tinggi terhadap Indonesia,” tutupnya. (*)