Oleh: Asyraf A. Assegaf (Mahasiswa FAKSHI IAIN Parepare)
Upos.id, Malam minggu membawa kabar baik, panggilan datang lewat pesan dari kawan di tengah keheningan. Rasa malas ingin segera merehatkan diri, seakan ingin berhenti sejenak untuk menikmati ruang malam yang tenang. Di bawah langit yang sedikit mendung dan bintang yang bertabur tak seberapa, panggilan itu membuka ruang gerak untuk bergegas pergi, duduk, dan menikmati hidangan kopi malam itu.
Di antara secangkir kopi malam minggu, suasana berbeda dibandingkan beberapa pertemuan sebelumnya. Angin malam yang menembus tubuh, suasana agak panas, dan cerita yang mengalir makin meluas. Seharusnya ada lebih banyak tawa riang, tetapi malam itu, percakapan yang terdengar serius lebih dominan. Politik, yang biasa dibicarakan di ruang kemenangan, ruang akademis, ruang formal, bahkan di ruang kedai kopi malam itu, menemukan jalannya dalam percakapan.
Percakapan ini pun wajar dan menjadi topik hangat yang mencuri perhatian di seluruh daerah. Hangatnya kopi dan diskusi mengalir semakin dalam, terasa waktu semakin larut dan terbatas. Kedai kopi yang berbeda dari lainnya menghentikan arah percakapan diskusi politik malam itu. Tentu saja, waktunya istirahat telah tiba, waktu yang tidak lama lagi ditunggu oleh para “kandidat” yang siap berkontestasi.
Beberapa hari menjelang pilkada serentak akan menjadi hari berat bagi wahai “kandidat”. Mereka bertarung di alam mimpi dengan berbagai survei, bahkan kampanye yang dijalankan dengan ratusan, bahkan ribuan tim sukses yang turut mendukung mereka. Mimpi itu akan terbeli di balik kelamnya malam, kurang tidurnya calon penguasa masa depan.
“Di malam Minggu ini, Diskusi politik menggema, Suara bertaut, ide bertarung, Bahkan baik dan buruk tak terpikirkan, Dalam gelap, harapan tumbuh.”
“Perbedaan terjalin di setiap kata, Namun tetap ada semangat bersama, Meski semangat hanya milik pemenang ‘kandidat’, Tak ada pemenang bagi semua, Bahkan tak ada pemenang malam ini, Percakapan ini jadi langkah perubahan.”
Tidurlah wahai “kandidat”, jalan yang benar bagimu adalah terus bermimpi. Ah, kebetulan juga malam minggu. Bukankah seharusnya ini menjadi waktu untuk NGOPI (Ngobrol Politik)? Dengan waktu yang cukup panjang dan esoknya bisa menikmati weekend? Namun, tentu tidak bagi “kandidat” dengan berbagai rancangan strategi dan posko-posko kemenangan, yang menjadi tempat transaksi NGOPI (Ngobrol Politik) yang bukan lagi bertukar ide dan gagasan.
Namun, tidak bisa dipungkiri, ide dan gagasan NGOPI (Ngobrol Politik) itulah yang menjadi dasar besar bagi negosiasi politik di meja kopi posko-posko kemenangan. Tersodor tinggi, hanya karena lirikan “kandidat” lain yang melebihi porsi kopi yang disajikan malam itu. Perbedaan dalam penyodoran harga kopi dan kata kepastian semakin sengit, makin tinggi, ego sektoral kepentingan akan terus berlanjut, hingga akhirnya mimpi itu akan terbeli.
Di balik setiap ucapan “kandidat” yang terucap, ada janji perubahan. Dan dalam setiap langkah kecil, kita turut berperan. Waktu terus berjalan, namun diskusi yang membekas dalam jejak percakapan politik menjadi impian bagi semua kalangan. Itu adalah wujud keinginan seluruh warga. Perjalanan ini menyatukan, meski malam ini tidak ada pemenang.