Oleh: Fadli Dason (Peneliti Profetik Institute)
Upos.id, Pemilihan kepala daerah merupakan ajang krusial dalam menentukan arah pembangunan suatu daerah. Dalam Pilkada kali ini, temuan survei Lembaga Survei Indonesia (LSI) menunjukkan pasangan Delis-Djira unggul jauh dengan angka 58,4% dibandingkan pasangan Jeff-Ruben perolehan angka 26,7%.
Dengan angka elektabilitas yang signifikan, Delis-Djira berhasil menarik dukungan luas dari masyarakat, mencerminkan kepercayaan terhadap kemampuan mereka dalam memimpin dan membawa perubahan.
Keunggulan pasangan Delis-Djira didorong oleh beberapa faktor utama. Pertama, rekam jejak mereka yang telah terbukti melalui program-program pembangunan yang nyata dan dirasakan langsung oleh masyarakat.
Kedua, pendekatan yang humanis dan komunikasi yang efektif membuat mereka lebih dekat dengan rakyat, menciptakan rasa percaya dan dukungan emosional yang kuat.
Ketiga, visi yang relevan dan program kerja yang berfokus pada pemberdayaan masyarakat menjadi daya tarik yang membedakan mereka dari pasangan Jeff-Ruben, yang cenderung belum berhasil menawarkan alternatif yang kompetitif.
Survei ini menegaskan bahwa pasangan Delis-Djira tidak hanya unggul secara elektoral, tetapi juga dalam hal kepercayaan publik terhadap komitmen dan kapasitas mereka untuk membawa daerah menuju kemajuan yang lebih baik.
Popularitas seorang petahana yang mencalonkan kembali sebagai bupati dan terus unggul dalam survei sering kali menunjukkan adanya ikatan emosional dan kepercayaan yang kuat antara petahana dan masyarakat.
Kondisi ini bukan hanya hasil dari posisi politik, tetapi juga merupakan manifestasi dari kepemimpinan yang dirasakan berhasil memenuhi kebutuhan dan harapan masyarakat.
Berikut adalah beberapa alasan mengapa petahana kerap sangat dicintai dan tetap dominan dalam survei.
Rekam Jejak yang dirasakan langsung oleh masyarakat, petahana yang dicintai biasanya memiliki rekam jejak keberhasilan yang dapat langsung dirasakan oleh masyarakat.
Kebijakan pro-rakyat, seperti pembangunan infrastruktur, peningkatan akses kesehatan, pendidikan, dan pemberdayaan ekonomi lokal, sering kali menciptakan dampak positif yang konkret. Keberhasilan ini membangun citra petahana sebagai pemimpin yang peduli dan efektif, sehingga masyarakat merasa puas dan percaya untuk melanjutkan dukungannya.
Kedekatan dengan masyarakat pemimpin yang mampu menjalin komunikasi langsung dengan rakyatnya sering kali mendapatkan tempat istimewa di hati masyarakat. Kehadiran fisik petahana dalam berbagai kegiatan sosial, interaksi langsung melalui program lapangan, atau respons cepat terhadap permasalahan publik memperkuat persepsi bahwa petahana bukan sekadar pemimpin birokratis, tetapi juga pemimpin yang humanis dan merakyat. Hubungan emosional ini sulit ditandingi oleh calon baru.
Stabilitas dan keberlanjutan kepemimpinan dalam banyak kasus masyarakat menginginkan stabilitas politik dan keberlanjutan program-program yang sudah berjalan. Petahana menawarkan kesinambungan tersebut, sehingga masyarakat tidak perlu khawatir akan perubahan drastis yang mungkin terjadi dengan pemimpin baru.
Kinerja yang teruji selama masa jabatan pertama menciptakan rasa aman bahwa petahana adalah pilihan terbaik untuk mempertahankan kemajuan yang sudah dicapai.
Kemampuan mengelola narasi keberhasilan petahana sering kali unggul dalam membangun narasi politik yang berfokus pada keberhasilan selama menjabat. Melalui media, dialog publik, atau laporan tahunan, petahana dapat menunjukkan pencapaian yang konkret dan relevan dengan kebutuhan masyarakat.
Narasi ini, jika dikemas dengan efektif, membangun kepercayaan bahwa pemimpin tersebut layak diberi kesempatan kedua untuk melanjutkan program-program yang telah sukses.
Kelemahan penantang dan fragmentasi dukungan di sisi lain, kecintaan masyarakat terhadap petahana juga sering diperkuat oleh absennya lawan politik yang mampu menawarkan visi dan program yang lebih baik.
Penantang sering kali menghadapi kendala dalam mengatasi ketokohan dan jaringan politik yang telah dibangun petahana. Fragmentasi dukungan kepada lawan politik semakin memperkuat posisi petahana sebagai pilihan utama masyarakat.
Simbol pemimpin lokal yang berprestasi petahana yang dicintai sering kali dianggap sebagai simbol keberhasilan daerah. Masyarakat merasa bangga memiliki pemimpin yang mampu membawa perubahan positif dan memajukan nama daerahnya.
Rasa bangga ini menciptakan loyalitas yang sulit diubah, bahkan oleh kritik atau serangan politik dari lawan.
Kecintaan masyarakat terhadap petahana yang mencalonkan kembali sebagai bupati adalah cerminan dari kepuasan dan kepercayaan terhadap kepemimpinan mereka.Kombinasi antara rekam jejak positif, kedekatan dengan masyarakat, dan kemampuan menghadirkan stabilitas serta keberlanjutan membuat petahana tetap unggul dalam survei.
Jika rasa cinta ini terus dipupuk dengan kinerja yang nyata dan komunikasi yang baik, petahana memiliki peluang besar untuk mempertahankan dukungannya dalam pemilihan berikutnya.
Pilkada adalah momentum penting untuk menentukan arah pembangunan daerah, namun tidak boleh menjadi ajang yang memecah belah masyarakat.
Setiap individu memiliki hak untuk mendukung calon pilihannya, tetapi hak tersebut harus dijalankan dengan penuh tanggung jawab dan menghormati pilihan orang lain.
Masyarakat diharapkan tetap menjaga suasana damai dan kondusif dengan menghindari provokasi, ujaran kebencian, atau penyebaran informasi yang tidak benar. Perbedaan pilihan politik seharusnya menjadi kekayaan demokrasi, bukan pemicu konflik sosial.
Dalam semangat kebersamaan, kita harus memprioritaskan persatuan dan keutuhan daerah, di atas segala kepentingan pribadi atau kelompok.
Mari menjadikan Pilkada sebagai ajang yang bermartabat, di mana nilai-nilai demokrasi, toleransi, dan kedewasaan politik menjadi pedoman. Dengan menjaga perdamaian dan ketenangan, kita tidak hanya mendukung proses politik yang sehat tetapi juga memastikan warisan harmoni bagi generasi mendatang.