Upos.id, Makassar – Survey terakhir Polinet memotret, bahwa ada 16% penduduk Susel yang mengaku Muhammadiyah. Tentu ini jumlah yang cukup besar. Namun Script Survey Indonesai merilis hasil survey yang mengenaskan bagi potensi suara calon anggota DPD yang didukung penuh Muhamamdiyah, Elli Oschar, hanya memperoleh 1,4%.
Meskipun hasil survey tidak bisa mengukur secara utuh dan tidak bisa menjadi legitimasi hasil, kemana suara Muhammadiyah yang 15% dari survey polinet?. Kenapa hanya 1,4% yang memilih Elli Oschar, padahal Pimpinan Wilayah Muhammadiyah memberikan instruksi untuk memilih kadernya. Elli adalah Ketua Pemuda Muhammadiyah Sulsel, juga sekaligus Komandan Nasional KOKAM. Bukan kader kaleng-kaleng.
Apakah Muhammadiyah memang tidak bekerja untuk Elli?. Apakah instruksi itu hanya sekedar himbauan saja dan tidak ada intrumen yang operasional sampai ke bawah?. Bukankah Muhammadiyah punya Sekolah, Perguruan Tinggi, Rumah Sakit, Klinik, Panti Asuhan yang semuanya bisa dikerahkan?. Mestikan Muhammadiyah gagal lagi mendorong kadernya ke DPD RI?
Berapapun suara yang diperoleh Elli Oschar, itulah suara Muhammadiyah Sulsel. Meskipun mau mengelak, faktanya, institusi mendukungnya. Jika Elli memperoleh suara hanya 100 ribu, maka hanya 100 ribu itu warga Muhammadiyah Sulsel.
Mestinya Muhammadiyah bergerak, memberikan dukungan full untuk calon anggota DPD dari Muhammadiyah. Terlepas dari diaspora kadernya di semua Partai Politik, tidak perlu terlalu fokus ke Calon anggota DPR dan DPRD, sebab terlalu banyak kader yang berserakan di semua partai. Jika mendukung salah satu, dikhawatirkan akan timbul kecemburuan dari kader yang tidak di dukung. Begitu juga dengan Pasangan Capres-Cawapres, Muhammadiyah biarkan saja kadernya berada di tiga pasangan tersebut. Sebab, ketiga pasangan memiliki nilai-nilai yang berbeda, dan Muhammadiyah harus menitipkan kadernya di ketiga pasangan calon.
Tetapi untuk Calon anggota DPD RI dari Sulsel, hanya satu orang kader. Sudah pula disosialisasikan. Dalam politik elektoral, tidak cukup sosialisasi, butuh tindakan nyata. Muhammadiyah secara organsiasi hanya menghimbau, tidak memiliki tindakan nyata.
Menanggapi hal demikian, Nurmal Idrus, Pengamat Politik dan Direktur Nurani Strategic mengungkapkan bahwa Elli Oschar harus mampu menkapitalisasi penuh potensi Muhammadiyah.
“Sebenarnya itu potensi Muhammadiyah yang mesti dikapitalisasi secara penuh oleh Elli Oschar”. tandasnya
Lebih lanjut dirinya menambahkan bahwa Dukungan secara organisasi yang diperoleh oleh Elli harus disertai dengan kemampuan untuk memanfaatkan keuntungan itu, misalnya dengan manajemen tim yang terstruktur agar bisa menjangkau basis Muhammadiyah. Kuncinya ada di manajemen tim dan didukung kekuatan finansial. tambahnya
Kemudian Mantan Ketua KPU Kota Makassar itu juga menegaskan bahwa Elli harus terus memanaskan kekuatan dengan memanfaatkan semua kelebihan dukungan Muhammadiyah
“Sebab berharap organisasi sebesar Muhammadiyah menggerakkan massanya tentu sulit di tengah pragmatisme pemilih saat ini. Elli sendiri yang harus terus memanaskan kekuatan itu dengan memanfaatkan semua kelebihan dukungan Muhammadiyah” tutur mantan Ketua KPU Kota Makassar itu.
Sementara itu, Adrian selaku Juru Bicara Elli Ochar mengutarakan bahwa pihaknya optimis untuk meraih kursi Ketua PW Muhammadiyah Sulsel itu.
“Dengan sumber daya yang besar milik Muhammadiyah sulsel, tentu Elli Oschar punya peluang besar untuk terpilih. Terlebih PW Muhammadiyah Sulsel telah memberikan rekomendasi langsung secara kelembagaan untuk kader terbaiknya ini”. jelasnya
Adrian demikian sapaannya juga menyampaikan bahwa pemilu 2024 ini perolehan suara Elli Oschar tentu menjadi tolak ukur publik untuk menilai kekuatan politik elektoral Muhammadiyah di Sulsel.
“Tentu kita harapkan lampiran dari rekomendasi itu adalah sosialisasi massif dan gerakan konkrit sampai kebawah untuk memenangkan calon senator milik muhammadiyah. Karena Hasil suara pemilih Elli Oschar lah yang akan menjadi ukuran publik dalam menilai bagaimana kekuatan politik (elektoral) Muhammdiyah di sulawesi Selatan”. tutupnya