MAKASSAR, UPOS.ID- Suasana sedikit berbeda dari biasanya terlihat di kawasan Balla Lompoa, Sungguminasa, kabupaten Gowa akhir pekan kemarin, (11-12/3). Beberapa anak-anak difabel dari 15 Sekolah Luar Biasa (SLB) di Sulsel unjuk kebolehan dalam pertunjukan seni.
Seperti kepiawaian siswa-siswa SLB Taruna Bunga Bangsa dalam pertunjukan Tari Gandrangbulo. Kepiawaian mereka mengundang decak kagum dan sesekali kelucuan dengan tingkah kocak mereka. Bukan karena mereka difabel sehingga mereka tingkah mereka memicu tawa penonton. Tapi karena memang Tari Gandrangbulo berupa tari permainan yang biasanya dilakukan oleh anak-anak usia 5-10 tahun dan berisi gerak tingkah yang kocak.
Belum lagi beberapa anak-anak difabel tuna rungu, yang dengan percaya diri melakukan fashion show dalam busana adat Bugis Makassar. Unjuk kreatifitas baik seni tari, lagu dan musik, hingga pantomim itu merupakan aksi pertunjukan para siswa-siswi SLB berkebutuhan khusus.
Festival Lepas Batas sebagai ruang ekspresi seni kelompok disabilitas. Sebagai bagian dari warga negara, para penyandang Diffabel mempunyai hak, kewajiban serta peran dalam pemajuan kebudayaan. Pemerintah dan masyarakat punya kewajiban memberikan ruang setara dan inklusif serta apresiasi atas kreatifitas seni kaum Diffabel ini.
“Amanah undang-undang jelas menyebutkan penyandang disabilitas memperoleh kesamaan dan kesempatan untuk berpartisipasi secara aktif dalam kegiatan seni dan budaya,” jelas Dwi Saputra Mario Muhammad, selaku Direktur Festival, Sabtu (11/3).
Menurut Mario, walaupun pada kenyataannya pelibatan penyandang disabilitas dalam pemajuan kebudayaan masih terbilang minim, hal ini bisa dilihat dari event khusus penyandang diffabel dalam bidang kesenian. Atau pun event seni umum yang tak ramah diffabel atau tidak inklusif. Banyak event seni yang tak bisa diakses baik diffabel fisik maupun non fisik, contohnya tidak adanya juru bicara insyarat dalam event-event tersebut.
Masyarakat umum dan pemeritah berkewajiban memberikan ruang inklusif dan aksesibilitas kepada penyandang disabilitas dalam mengambil peran pemajuan kebudayaan.
Dalam acara yang digelar mulai sore hari itu juga diisi dengan beberapa talkshow dan diskusi. Seperti hari terakhir menghadirkan Nur Syarif Ramadhan (pegiat isu disabilitas), Risya Risky Nurul Qurani (aktivis Himpunan Wanita Disabilitas Indonesia, HWDI Sulsel) dan Irwan.AR selaku seniman dan jurnalis.
Syarif yang juga adalah diffabel tuna netra mengungkapkan, bahwa banyak kawan-kawan diffabel punya karya-karya seni yang tak kalah dengan seniman non diffabel.
” Kami di Disabilitas bukan mau diistimewakan tapi kami menginkan ruang inklusi yang bisa diakses oleh segala jenis Disabilitas,” ungkap Syarif yang juga ketua Perdik Susel.
Irwan. AR juga mengungkapkan bahwa paradigma Undang-undang Pemenuhan Hak-hak Penyandang Disabilitas yang merupakan hasil konvensi dari PBB terhadap hak-hak penyandang disabilitas adalah hak kau diffabel dipandang sebagai hak asasi.
“Jadi, masyarakat dan pemerintah punya kewajiban untuk memberikan ruang yang bisa diakses oleh teman-teman diffabel,” ungkap Irwan.
Sementara Risya, mengungkapkan bahwa kreativitas teman-teman diffabel seringkali ditampilkan dikalangan internal saja.
“Saya berharap dengan festival lepas batas akan berkembang kedepannya sehingga ada kegiatan diluar kebiasaan hari disabilitas dan di ruang publik yang menjadi ruang ekspresi bagi penyandang disabilitas,” ungkap perempuan yang menyandang tuna netra ini.
Baik Syarif maupun Risya juga berharap, kegiatan kesenian untuk umum juga bersifat inklusif dan ramah diffabel atau kegiatan yang inklusif.
Festival Lepas Batas menyajikan pertunjukan yang seluruhnya dilakukan oleh penyandang disabilitas dan dilatih oleh seniman-seniman, berasal dari 15 SLB Makassar dan kota Makassar, yakni; SLB Autis Bunda menyajikan puisi, SLBN 2 Makassar menampilkan Tari Pattapi, SLB Kalemandalle tampil dengan Tari Tulolonna Sulawesi, SLB YPP Bajeng Raya menyajikan Fashion Show, Siswa SLB 2 makassar yang menampilkan bernyanyi.
Selanjutnya SLB Al Alaq dengan penampilan Tari Indo Logo, SLB Jenetallasa menampilkan pertunjukan Pantomim, SLB S YPKCNI menyajikan nyanyian, SLB Pelita Mandiri menampilkan Tari Toraja. SLB Taruna Bunga Bangsa memainkan Tari Gandrangbulo, SLB Neg. Somba Opu memarkan karya seni lukis, SLB Yukartuni menyajikan band akustik, SLB Reskiani membacakn puisi, SLB Laniang menampilkan Tari Alosi Ripolo Dua, SLB Arnadya Makassar menyajikan kolaborasi (puisi, menyanyi, tari, pantomim) dan terakhir SLB Hudayah Hasyim dengan penampilan tari nusantara.
Festival ini dapat terselenggara atas dukungan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Riset dan Teknologi, Dana Indonesiana dan LPDP.(#)