PANGKEP – Ajang seni rupa berskala internasional, Makassar Biennale di Pangkep memasuki pekan kedua. Hari kedelapan pergelaran MB di kota Bandeng, tim-kerja MB Pangkep menggelar nonton bareng (nobar) film Rumah Diri karya Ais Nurbiyah Al-Jumuah, Sabtu malam, 7 oktober 2023 lalu.
Seniman residensi Makassar Biennale (MB) 2023 Pangkep, Ais Nurbiyah menjelaskan film rumah diri sebagai respons atas buku Riwayat Gunung dan Silsilah Laut. Ais yang dua tahun belakangan fokus melakukan kerja-kerja kesenian dan kebudayaan melalui serangkaian penciptaan karya melalui film dokumenter.
Lewat program MB 2023 di Pangkep, dia mengarsipkan ingatan-ingatan nenek di kampung halaman. Lebih tepatnya, sejak dua tahun lalu, Ais rutin mendokumentasikan sejumlah ritual dan peristiwa yang ditemuinya di desa Tabo-tabo, kampung halaman neneknya itu. Dia lalu menuangkan lewat beberapa karya dalam bentuk film dokumenter.
Cerita Ais soal latar belakang (background) minat-bakat dirinya, pada dasarnya dimulai dari seorang penulis, lalu tertarik menggeluti dunia film. Dikatakan, sepenuhnya berawal dari circle, dan sistem atau jejaring pertemanannya yang terus memberinya dukungan, pasca pandemi covid-19.
Tahun 2021 dia kemudian mulai mendokumentasikan kehidupan sosial-budaya di kampung halamannya, menghasilkan film dokumenter Rumah Diri pada tahun ini melalui program Makassar Biennale 2023 yang salah satunya berlansung di Pangkajene dan Kepulauan.
Kesempatan menjadi salah satu seniman residensi MB 2023 tak dilewatkan, menjadi kesempatan yang disenangi dan amat dinantikan oleh mahasiswa pasca sarjana ilmu susastra Universitas Indonesia itu.
”Sejak awal bisa bertemu Azizi Diah Apriliah (tim penulis sekaligus tim-kerja Makassar Biennale) sebagai pintu masuk awal saya, tentu sebuah kesempatan, dan sebelum-sebelumnya, saya sebenarnya sudah amat menyenangi narasi-narasi atau bacaan-bacaan dari Kampung Buku,” tukas Ais.
Tiga bulan lalu. Tepatnya di awal masa-persiapan residensi Makassar Biennale 2023 di Pangkep, lanjut dikatakan setiap seniman dibekali buku bacaan, hasil penelitian.
”Bulan Juni itu awal dibekali buku Riwayat Gunung dan Silsilah Laut oleh F Daus AR, direktur Rumah Saraung, untuk dibaca oleh setiap seniman,” bebernya.
“Segera setelahnya, mulai 1-16 oktober bulan ini kami berpameran dan mendiskusikan karya melalui sesi suara seniman (wicara seniman).” Ais menambahkan.
Secara ringkas yang ditampilkan dalam model pengariyaannya merupakan audio visual yang disusunnya berdasarkan hasil riset dan analisanya selama dua tahun, yang memiliki keterkaitan dengan praktik upacara sebelum turun ke sawah. Hal itu lalu menjadi pengantar dalam melihat perubahan ekosistem pertanian yang makin bertumpu pada teknologi dan pupuk kimia.
Ais, melalui sosok neneknya yang menjadi subyek dalam pajangan foto, selanjutnya menjadi jendela dalam melihat lingkungan sosial di Desa Tabo-Tabo, Bungoro. Desa di mana bendungan terbesar di Pangkep berada, sekaligus kontras dengan situasi air yang dihadapi warga di sana. Utamanya mengenai siklus pertanian yang hanya dilakukan sekali dalam setahun.
Dalam sesi suara seniman, Sabtu, 7 oktober 2023 sore hari, bertempat di Ditimur Space, dalam kesempatan terpisah itu, Ais menuturkan, Gunung dan Laut dalam memori ingatannya merupakan dua hal yang begitu amat dekat dengan kehidupan sehari-harinya.
”Meskipun saya lahir di daerah pegunungan (Tabo-tabo), namun besar dengan narasi-narasi kemaritiman, saya besar di Sinjai,” katanya.
”Belakang rumah di Sinjai, dekat laut dan sungai. Meskipun orang tuaku bukan nelayan tapi saya besar di lingkungan nelayan di Sinjai. Jadi saya senang dengan proses selama beresidensi di sini dengan tema Suara-suara Air yang mengiringi tema abadi Maritim MB.” tandasnya.
FOTO: Nonton bareng Film Rumah Diri dan Tenri, karya seniman residensi MB Pangkep 2023, Ais Nurbiyah dan Armain Naim (Pio), pada Sabtu malam, 7 Oktober 2023.
Koordinator pelaksana program Makassar Biennale di Pangkep, F Daus AR menegaskan sebanyak enam karya yang dipamerkan selama sepuluh hari di kampung Belae, yakni komik dan instalasi karya Gandhi Eka, komik hasil lokakarya anak SD Negeri 49 Belae dan 59 Rea, foto mural Husain ‘Cenk’ Abdullah, serta dua instalasi persembahan Rumah Saraung bertajuk: Lintasan Atas Nirwan dan Perigi-Perigi Kosong.
”Selain display karya, ada begitu banyak momen yang terbangun selama gelaran berlangsung, mulai dari sesi Suara Seniman, Kamping Komunitas, nonton bareng dua film pendek karya Arman Pio dan Ais Nurbiyah, juga kunjungan Vespa Pustaka yang membagikan komik ke sekolah dasar yang ada di Kampung Belae.” Tutup F Daus AR yang juga direktur Rumah Saraung.
Pangkep menjadi kota ketiga setelah Makassar dan Pare-pare yang melaksanakan MB (selanjutnya Labuan Bajo NTT, dan Nabire Papu-Tengah). Penutupan ajang seni rupa dua tahunan itu dijadwalkan pada Senin (16/10). Sesi acara diskusi, menyuarakan karts lewat komik akan menjadi penutup agenda kegiatan yang sekaligus menandai hari terakhir pameran di Ditimur Space yang telah berlansung selama 16 hari, sejak dibuka pada 1 oktober 2023 lalu.
Pangkep melalui Rumah Saraung sebagai kolaborator dalam Makassar Biennale 2023 ini merupakan keterlibatan yang kedua kalinya, setelah tahun 2021. Namun, pameran MB Pangkep untuk pertama kali baru digelar tahun ini.