Oleh: St.Nabila Nasywa (Mahasiswa Prodi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik)
Upos.id, Makassar (22/11/2024), Sulawesi Selatan – St. Rahmawardani R., seorang wanita berusia 42 tahun di Makassar, telah melewati perjalanan hidup yang penuh liku. Pernikahannya yang dimulai tahun 2000 berakhir dengan perceraian pada 2007, setelah bertahun-tahun menghadapi kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) dari mantan suaminya. Kisah hidupnya menjadi bukti nyata tentang ketabahan seorang ibu yang berjuang demi masa depan anak-anaknya.
Dalam wawancara di Jl. Boulevard No.3, Masale, Panakkukang, Makassar, Rahmawardani menceritakan awal mula permasalahan rumah tangganya. Ketidakpercayaan dari mantan suami menjadi pemicu utama konflik yang terjadi antara tahun 2003 hingga 2005. Rahmawardani mengaku sering mengalami pertengkaran dan kekerasan fisik karena mantan suaminya yang terlalu posesif dan melarangnya berinteraksi dengan laki-laki lain. Situasi semakin memburuk ketika ia bahkan dilarang keluar rumah untuk berbelanja kebutuhan pokok.
“Sebagai anak perempuan, ibu saya tidak terima jika saya sampai dipukuli. Keluarga dari pihak suami membenarkan hal itu, bahwa istri harus patuh pada suaminya. Saya berpikir ‘Kok saya dipukuli?’, otomatis saya ikut dengan keputusan ibu yang membuka meja hijau,” ujarnya, mengenang proses perceraiannya.
Setelah perceraian, Rahmawardani harus berjuang keras menghidupi kedua anaknya. Ia kembali berkuliah dengan bantuan orang tuanya dan bekerja di sebuah bar. Meskipun pekerjaan tersebut menuntutnya untuk berpenampilan tertentu, ia tetap menjaga martabatnya.
“Saya kerja di bar, kalau siang saya harus menjulurkan jilbab dan maaf di sini saya tidak melayani orang, hanya bertugas di depan pintu. Meski berpakaian seperti itu, saya tidak mau disentuh oleh siapa saja,” jelasnya.
Rahmawardani tak lupa mengucapkan terima kasih kepada almarhum ayahnya yang sangat berperan dalam membesarkan kedua anaknya. Setelah beberapa tahun berlalu, ia bertemu dengan seseorang yang menerima keadaannya dan kini menjalani kehidupan baru.
“Harapan untuk kedua anak saya, mereka bisa saling mengayomi, melihat mereka saling membantu, berkasih sayang, selalu melindungi dan tidak saling memojokkan,” ucapnya dengan penuh harap.
Kisah Rahmawardani menjadi inspirasi bagi banyak orang. Ketabahan dan perjuangannya demi anak-anaknya membuktikan bahwa perceraian bukanlah akhir dari segalanya, melainkan awal dari sebuah babak baru yang penuh harapan.