MAKASSAR,UPOS.ID– Sosok Armin Toputiri, dikenal sebagai politisi Golkar di Sulsel dan aktivis kepemudaan. Tapi secara mengejutkan membuat pameran tunggal lukisannya berjudul Zoon Politicon di hotel Claro Makassar, 12-17 Maret 2022.
Sejak menjadi Legislator Sulsel dua periode gagasan dan kritik-kritiknya banyak disalurkan lewat tulisan esai. Sejak tak lagi menjadi Legislator pria kelahiran Luwu 17 April 1967 ini banyak bersentuhan dengan seniman dan kesenian di Sulsel. Ia beberapa kali membantu dengan jadi produser pertunjukan seni. Setahun belakangan ia rupanya ‘terjerambat’ dalam duni seni rupa yang dimentori langsung oleh maestro lukis reais Sulsel, Mike Turusy yang jelang akhir tahun lalu lebih dulu tutup usia.
Menurut Hasymi Ibrahim budayawan dan bertindak selaku manager exhibition pameran lukisan Zoon Politicon, transformasi dari medium gagasan dari esai ke lukisan menjadi keunikan sosok Armin.
” Tampaknya, dia (Armin Toputiri) ingin membagi keresahan, pemikiran, pandangan dan obsesinya di dunia politik melalui kanvas, ingin memaparkan kepada kita, seperti apa dunia politik digelutinya melalui medium berbeda. Jika dunia politik dipenuhi kata-kata yang sebagian besar telah ditulis melalui esai-esainya maka medium lukisan ini merupakan perluasan dari itu semua,” jelas Armin dalam pengantar pamerannnya.
Lalu apa rahasia pameran lukisan ini mencuri perhatian publik tidak cuma dikalangan seniman perupa tapi juga lebih luas dari itu seperti yang dimaksudkan pameran ini sebagai agenda kultural yang mengisi ruang kota Makassar dan lebih luas lagi ruang kultural Sulsel?
Menurut pengakuan Armin, sejak bersentuhan dengan dunia kesenian secara intens dirinya melihat kesenian dan senimannya sendiri di Sulsel sebenarnya luar biasa. Hanya saja salah satu kritik yang kerap diungkapkannya pertunjukan kesenian harusnya diselenggarakan dengan manajemen yang modern dan profesional.
“Pameran lukisan ini menarik garis demarkasi antara kreatornya dan manajemen kegiatannya, tugas saya sebagai pelukis adalah membuat karya dan urusan bagaimana pamerannya diselenggarakan saya serahkan sama tim manajemen,” beber Armin ditemui di arena pameran.
Karena itu dia menyerahkan urusan penyelenggaraan acara kepada anak-anak muda yang berasal dari beberap organisasi kepemudaan dan konten kreator. Mereka dengan bekal jaringan dan pengalaman membuat kegiatan lebih taktis.
“Biasanya seniman dia berkreasi memproduksi karya dia juga yang mengurusi produksi acaranya, yang biasanya seniman punya batasan-batasan perasaan sendiri. Tapi anak-anak muda ini biasa berpikir taktis dan menggebrak, walaupun saya dengan jaringan politik yang saya miliki bisa saja melakukan sendiri tapi posisi saya kali ini adalah kreator dan saya berikan kewenangan kepada adik-adik untuk menyelenggarakan pameran ini,” jelas Armin.
Lebih lanjut Armin juga memberikan batasan bahwa acara kesenian perlu diselenggarakan dengan lebih jeli. Sebab batasannya jelas berbeda dengan dengan kegiatan non kesenian yang biasa dikerjakan event organizer ataupun kegiatan organisasi formal biasanya.Menilik struktur tim manajemen pameran lukisan Zoon Politicon maka keinginan membuat pameran lukisan yang diklaim baru digelar kembali setelah 30 tahun itu dengan profesional tapi hati-hati membuat acara kesenian bisa tercapai.Manager pameran dijabat Moch Hasymi Ibrahim, salah seorang budayawan dan mantan redaktur budaya, kreator di kesenian Sulsel serta mentor manajemen. Ia dengan pengalaman terutama keterlibatannya dengan Rumahta Arts Space bersama Lily Yulianti Farid dan Riri Riza yang dikenal dengan event literasi tahunan Makassar International Writers Festival (MIWF) menggaransi pameran lukisan Zoon Politicon sebagai pameran tunggal lukisan yang sesuai pakem dan standar yang berlaku di dunia seni rupa dengan kurasi atas karya-karya yang akan ditampilkan pihaknya sekaligus menawarkan pameran ini sebagai percakapan publik yang lebih luas. Sebab jarang sekali peristiwa budaya di Sulsel sebagai diskursus publik.
Menjaga marwah seni dalam kegiatannya ini pameran melibatkan Ancoe Amar, Bahar Merdhu Petta Puang, Zaenal Beta, Faizal UA, ZamnKamil, Anggarena Herman dan As Kambie sebagai pengarah kegiatan. Dan tentu saja yang wajib ada di sebuah acara seni rupa adanya kurator. Pameran ini dikuratori Kuss Indarto seorang kurator Galeri Nasional alumni Institut Seni Indonesia (ISI) Jogyakarta yang banyak menghasilkan karya seni rupa sebagai ilustrator, kartunis dan berminat pada karya-karya seni rupa bertema sosial masyarakat.
Pada tim manajemen ada nama-nama yang dikenal sebagai aktivis organisasi kepemudaan. Seperti Nasrudin Upel dan Moses Mustagfir Sabri. Dan adik-adik Armin Toputiri di organisasi kepemudaan yang tersebar hingga ke tingkat nasional.
Untuk mempromosikan hajatan, Armin Toputiri mengaku belajar banyak dari anak-anak muda yang melek teknologi dan konten kreator. Publikasi kegiatan berupaya flyer dan video testimoni dan video bamper, sejak beberapa bulan sebelumnya sudah disebar melalui sosial media dan grup-grup WhatsApp yang efeknya sangat kena.
“Untuk publikasi lebih banyak melaui sosia media dan grup-grup WhatsApp dalam bentuk poster flyer ataupun video testimoni dan video bamper kegiatan, dan efeknya luar biasa, sampai kampung saya di Seko yang susah akses transportasinya itu tahu dan ramai dibicarakan tentang acara pameran ini,” cerita Armin semangat.
Rahasia terakhir bagaimana pameran tunggal lukisan Armin Toputiri ini menarik perhatian publik adalah yang diakui sendiri Armin bahwa ia meminjam teknik marketing politik dalam membangun opini tentang acara pameran lukisannya.
“Untuk menguji pengaruh saya dan kegiatan ini saya melakukan marketing politik dengan apa yang disebut dalam politik sebagai test on the water, dimana kau menguji kekuatanmu dengan menepuk permukaan air dan lihat seberapa kuat percikan air yang ditimbulkan,” pungkas Armin.
Hasilnya, pembukaan acara menghadirkan 300 lebih orang dan setiap harinya lebih dari 100 orang berkunjung di arena pameran. Lukisan yang terpanjang pun sampai hari kedua sudah terjual 6 lukisan. Juga diliput berbagai media. Setiap harinya ada acara diskusi dan pertunjukan seni serta live skecth dari seniman sketsa yang akan beraksi bila ada pengunjung yang berminat digambar.
Sebagai sebuah permulaan kembali acara pameran lukisan tunggal dari seorang yang juga pemula di dunia seni rupa hasil itu tentu cukup menggembirakan dan cukup menjadi kabar baik bagi pelaku-pelaku bahkan maestro seni rupa di Sulsel untuk mengikuti jejak Armin Toputiri