Oleh: Nursayani Saleh (Aktivis perempuan)
Desa Bissoloro menyimpan pesona alam yang memikat. Hamparan hutan pinus yang terawat, udara sejuk yang menyegarkan, serta suasana tenang menjadikannya destinasi wisata alam yang menarik. Di musim hujan seperti ini, kabut yang menyelimuti pepohonan semakin menambah keindahan Bissoloro. Menikmati sunset sambil menyeruput kopi caramel di sore hari adalah pengalaman yang sulit untuk ditolak.
Bissoloro juga memiliki potensi besar sebagai tempat berkemah atau aktivitas alam lainnya. Fasilitas kemah yang tersedia cukup lengkap, mulai dari tenda keluarga hingga tenda tunggal. Namun… di balik pesona alamnya, ada satu permasalahan yang masih menjadi keluhan utama: Jaringan internet yang tidak memadai.
Sebagai Mahasiswa dan Pelajar, akses internet bukan lagi sekadar kebutuhan tambahan, melainkan hal yang sangat krusial. Internet adalah salah satu pintu gerbang menuju ilmu pengetahuan dan referensi akademik, Pengetahuan tidak selalu didapat dari perpustakaan atau penjelasan guru di kelas, kami juga mengakses berbagai sumber belajar melalui internet.
Melalui internet, kami bisa membaca e-book yang harganya sering kali tidak terjangkau bagi Mahasiswa. Selain itu, internet menjadi sarana utama untuk mencari bahan literatur dalam menyelesaikan tugas kuliah atau sekolah, karena banyak referensi yang hanya tersedia secara daring.
Namun di Bissoloro sinyal yang lemah sering kali menghambat proses belajar. Kuliah online menjadi tantangan tersendiri. Bukan karena malas, tetapi karena koneksi yang tidak bersahabat. Berapa banyak Mahasiswa yang harus kehilangan momen belajar hanya karena internet yang tak bisa diandalkan?
Di era digital ini, akses internet yang stabil seharusnya menjadi prioritas. Sayangnya, meski pergantian Kepala Desa sudah terjadi beberapa kali, kualitas jaringan tetap stagnan. Ini menimbulkan pertanyaan besar. “Apakah membangun infrastruktur internet di Bissoloro memang sesulit itu? Ataukah pemerintah desa kurang memiliki kepekaan terhadap kebutuhan warganya?”.
Tahun lalu, kami mendengar bahwa anggaran Desa mencapai sekitar 1 Miliar Rupiah. Dengan angka sebesar itu, mengapa fasilitas Desa termasuk jaringan internet masih begitu terbatas? Ini bukan sekadar keluhan, melainkan sebuah tuntutan. Kami berharap Kepala Desa yang terpilih nantinya benar-benar memiliki komitmen nyata untuk memperbaiki jaringan internet. Jangan hanya berjanji dalam visi dan misi, tetapi wujudkan dalam tindakan nyata.
Akses internet yang memadai akan membuka peluang baru bagi masyarakat Bissoloro, terutama generasi muda yang ingin belajar dan berkembang. Jika administrasi sulit, setidaknya fasilitas harus lebih baik. Saatnya bergerak, bukan hanya berbicara. Barakallahu fiikum.