Upos.id, Maros- Seseorang yang memasuki fase baru dalam hidup setelah dinyatakan bersalah atas perbuatannya mengharuskan individu tersebut untuk menjalani hukuman pidana dalam Lembaga pemasyarakatan. Pada saat seseorang baru masuk, tentunya masih awam menghadapi lingkungan baru. Banyak perubahan yang dialami dimana sebelumnya hidup merdeka dan bebas lalu masuk ke Lembaga pemasyarakatan dengan keadaaan serba terbatas karena peraturan-peraturan yang mengikat. Dari sinilah timbul rasa ketidakpuasan terhadap kehidupan mereka, sehingga mengarah pada rasa tertekan bagi mereka yang baru menjalani masa tahanannya.
Melalui Staf subseksi Pendidikan dan Pemasyarakatan LPKA Kelas II Maros, Bapak Fandi Suara munuturkan tidak sedikit dari narapidana anak yang sedang menjalani masa awal hukumannya merasa tertekan sehingga membuat anak tidak maksimal dalam mengikuti berbagai program pembinaan. Sesuai apa yang dialami narapidana anak tersebut, pada dasarnya muncul karena ketidakmampuan mereka dalam penyesuaian diri. Untuk mengatasi permasalahan demikian, maka dibutuhkan solusi melalui inovasi yang dihadirkan oleh mahasiswa Universitas Hasanuddin yang tergabung dalam Program Kreativitas Mahasiswa Bidang Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM-PM) yaitu program “Psikoterapi Suportif”.
Psikoterapi Suportif merupakan terapi yang dirancang dengan metode sederhana. Bantuan yang diberikan dalam terapi ini berupa penghiburan, saran, menyemangati, meyakinkan, dan terpenting adalah mendengarkan dengan penuh perhatian dan simpatik. Tujuan utama dari terapi ini adalah untuk mengurangi keresahan dan berupaya meningkatkan kemampuan narapidana anak untuk dapat beradaptasi dengan situasi yang membuat anak merasa tertekan. Diharapkan melalui program ini, anak mampu membangun rasa penerimaan diri dan support system secara mandiri sehingga narapidana anak dapat menyesuaikan diri secara aktif dan maksimal dalam mengikuti program pembinaan.
Program pengabdian ini di lakukan oleh 5 Mahasiswa Universitas Hasanuddin, yakni Nur Aini, Muh. Ichwan, Sherill Dwinofe, Mujahidah Munir, dan Andi Nur Ilmi Amaliyah Passalowongi. Dalam melaksanakan program, kelima mahasiswa tersebut didampingi oleh dosen pendamping, yakni Eka Merdekawati Djafar, S.H., M.H.
Dalam Pelaksanaannya, program Psikoterapi Suportif dikemas dalam berbagai kegiatan, yaitu:
- Talk With Me, kegiatan diawali dengan melatih anak untuk memiliki dan meningkatkan self-esteem pada dirinya. Pada tahap ini, anak diberikan kesempatan untuk mengungkapkan isi hatinya, sehingga ia merasa lega dan perasaan tertekan yang ia rasakan menjadi berkurang. Melalui tahap ini diharapkan anak mampu mengenal dan membangun komunikasi yang baik dengan orang lain, serta terbuka dengan lingkungan sekitar.
- Acceptance Class, melalui tahap ini narapidana anak dilatih untuk menerima dan yakin pada potensi yang dimiliki. Tujuan utama dari tahap ini adalah agar anak dapat lebih mengharai dirinya sendiri, menerima segala kelebihan dan kekurangan, mengetahui kemampuan dan kelemahan, tidak menyalahkan dirinya sendiri maupun orang lain dan berkomitmen untuk berusaha sebaik mungkin agar dapat berubah menjadi lebih baik dari sebelumnya.
- Sense of Belonging, pada tahap ini anak dilatih untuk membangun rasa kepemilikan dalam dirinya. Ketika rasa kepemilikan telah terbangun dalam diri anak, maka hal ini akan menjadi semangat dan motivasi bagi anak untuk memberikan dukungan terhadap dirinya sendiri sekaligus motivasinya untuk memaksimalkan setiap program pemninaan yang diikuti.
Melalui program ini, Nur Aini selaku ketua tim berharap program “Psikoterapi Suportif” dapat terus berlanjut untuk mengatasi rasa tertekan yang dialami oleh narapidana anak dalam menjalani masa awal hukumannya di Lembaga Pemasyarakatan.