MAKASSAR,UPOS.ID – Puncak bulan kebudayaan yang sudah dimulai sejak awal bulan April 2023 lalu, diisi dengan pementasan teater “The Eyes Of Mariage” produksi Sanggar Seni Teater Kita Makassar bekerjasama dengan Dinas Kebudayaan Kota Makassar, FSD UNM, Prodi Sendratasik FSD UNM, dan Teater Kampus FSD UNM, di anjungan Pantai Losari, Sabtu, (29/4).
Menurut Asia Ramli, sutradara dan aktor teater serta pendiri Teater Kita Makassar ini, naskah “The Eyes of Marege” ditulis oleh Julie Janson.
“Naskah ini merupakan hasil penelitian bertahun-tahun mengenai hubungan sejarah, perdagangan, cinta, perkawinan dan persaudaraan orang Makassar dan orang Yolngu/Aborijin atau Marege di Tanah Arnhemland, Autralian bagian Utara,” tutur Asia Ramli.

Pertunjukan The Eyes of Marege (TEoM) mengisahkan hubungan sejarah, perdagangan, cinta, perkawinan dan persaudaraan antara suku Makassar dan suku Aborijin yang pernah telah ratusan tahun yang lalu. Drama dengan latar tahun 1905 sampai tahun 1907 ini mengambil setting Makassar dan Arnhamland (Northern Territory), bagian utara Australia.
Tahap awal pertunjukan digambarkan kedatangan nelayan Makassar ke Arnhamland yang sudah berlangsung ratusan tahun dan telah melahirkan rasa persaudaraan, bahkan ikatan perkawinan di antara orang Makassar dengan orang Yolngu atau Aborijin.
Selanjutnya, tahap komplikasi dilukiskan ketika pria muda Aborijin bernama Birramen diceritakan membunuh nelayan Makassar bernama Kasim karena membela diri. Pasalnya, tas “keramat” milik Birramen yang tertinggal di pantai ditemukan (dicuri) oleh Kasim dan telah membentuknya menjadi keranjang perangkap ikan. Karena tas itu baginya bukan tas biasa melainkan tas upacara inisiasinya yang penuh roh dan impiannya. Para tetua Yolngu dan orang-orang Makassar sepakat Birramen diadili di Makassar. Terakhir Tahap penyelesaian, setiba di Makassar, Birramen dibebaskan dan dinikahkan dengan perempuan Makassar Bernama Fatima dan disakisikan oleh Ahmad dan istrinya Dhalawal.
Naskah “The Eyes of Marege” yang ditulis oleh Julie Janson dan pernah disutradarai oleh Asia Ramli dan Sally Sussman dan dipentaskan pada Festival Oz’Asia di Adelaide dan di Studio Opera House Australia dengan durasi 90 menit.
Sebagai bagian dari puncak bulan Kebudayaan kota Makassar, naskah ini digarap kembali dengan durasi lebih pendek disutradarai oleh Asia Ramli dan Andi Taslim Saputra. Komposer dikerjakan oleh Arifin Manggau. Pimpinan Produksi oleh Andi Hendra Bahar. Koordinator Umum/Stage Manager oleh Djamal April Kalam. Para pemusik oleh Ahmad, Bram, Zul, Alif, Kiki dan Farhan. Penata Make Up dan Kostum oleh Anca dan Ikhwan Kurniawan (Himo).

Penata Artistik dikerjakan oleh Arham dan Alan. Didukung oleh para aktor dan penari, antara lain Arga sebagai Biramen, Indra Wijaya sebagai Ahmad, Aini sebagai Dhalawal, Arham sebagai Nud, Egis Bastian sebagai Kasim, Indra Kirana sebagai Djandapurra, Alifa sebagai Fatimah, Riska sebagai wanita makassar dan Perempuan Belanda, Aisyah, Wahyu Alamsyah, Alfandy Mingse, Ariel Chandra sebagai Orang/suku Makassar, dan Anca, Salsa, Mirza, Rahman sebagai orang/suku Aborigin. Videografer dan Fotografer dikerjakan oleh Aldi. (#)