Oleh : Ahmad Rifai (Mahasiswa Ilmu Komunikasi Unismuh )
Upos.id, Berkurangnya profesi nelayan di Kota Makassar mencerminkan perubahan sosial dan ekonomi yang kompleks di tengah masyarakat pesisir.
Profesi nelayan yang dahulu menjadi tumpuan hidup sebagian besar masyarakat pesisir kini semakin ditinggalkan, terutama oleh generasi muda.
Hal ini tidak terlepas dari tantangan berat yang dihadapi para nelayan, mulai dari rendahnya pendapatan, ancaman kerusakan lingkungan laut, hingga terbatasnya akses teknologi dan modal.
Perubahan ekonomi di Makassar turut menjadi faktor utama. Kota ini berkembang pesat dengan terbukanya lapangan kerja di sektor industri, perdagangan, dan pariwisata.
Profesi nelayan pun mulai dipandang kurang menarik karena dianggap memiliki risiko tinggi dan penghasilan yang tidak menentu dibandingkan pekerjaan lain yang menawarkan stabilitas lebih baik.
Di sisi lain, kerusakan lingkungan laut seperti pencemaran dan penangkapan ikan yang berlebihan membuat hasil tangkapan berkurang drastis, sehingga pendapatan nelayan tradisional semakin tertekan. Ditambah dengan regulasi yang membatasi jumlah tangkapan untuk menjaga ekosistem, profesi nelayan semakin sulit dijalani tanpa dukungan teknologi dan modal yang memadai. Namun, sayangnya banyak nelayan yang masih kesulitan mengakses pinjaman atau bantuan untuk peningkatan teknologi.
Tak cukup sampai di situ dengan banyaknya proyek reklamasi, seperti di CPI (CENTER POINT OF INDONESIA) juga menjadi salah satu aspek berkurangnya nelayan yang lalu lalang di pesisir laut pantai Losari sana. Yang dimana pada tahun 2019 ke bawah masih banyak kita temui nelayan yang melewati pesisir laut Pantai Losari untuk menjual Ikan tangkapannya, namun hari ini nyatanya telah tergantikan oleh gedung-gedung besar dan tinggi yang mengcakar langit.
Coba kita renungkan bersama “bagaimana jika pada akhirnya nelayan tak lagi ada di kota Makassar?” Tentunya akan menjadi persoalan baru dimana Ikan akan banyak di ambil dari daerah-daerah tetangga seperti, Pangkep, Sinjai, Bulukumba, Selayar dll. Sedangkan Makassar hanya akan bertindak sebagai konsumen utama dan yang terpenting harga ikan pasti akan melonjak pesat.
Tentunyakita tidak ingin bila itu terjadi bukan? Maka dari itu kita harus memberikan solusi atas semua itu yakni dengan cara mendorong akses pada teknologi modern dan modal untuk nelayan tradisional, serta menyediakan pelatihan bagi mereka agar dapat beradaptasi dengan peluang kerja baru di sektor perikanan, seperti budidaya atau pengolahan hasil laut.
Pengembangan ekowisata laut juga bisa menjadi pilihan untuk menambah sumber pendapatan bagi nelayan, di mana mereka dapat terlibat sebagai pemandu wisata bagi para pengunjung yang datang.
Jika tidak ada upaya bersama, profesi nelayan bisa semakin langka di Makassar, dan ini tentu berdampak pada keberlanjutan ekosistem laut serta identitas budaya masyarakat pesisir.