HiburanPanggung Gembira Sao Panrita; Ekspresi Seni Warga di Pinggiran Kota Makassar

Panggung Gembira Sao Panrita; Ekspresi Seni Warga di Pinggiran Kota Makassar

MAKASSAR,UPOS.ID – Sabtu malam, 15 Februari 2025, pukul 21.00 WITA, suasana di Sao Panrita Center terasa berbeda. Lampu-lampu sorot menyinari panggung sederhana, penonton dari berbagai usia dan latar belakang memenuhi area depan panggung

Sementara kota Makassar dibeberapa titik tempat, sebagian besar dari 1,4 juta warganya masih bergelut dengan sumpek, macet, banjir dan tingkat pengangguran terbuka (TPT) yang mencapai angka 9,7 persen, tumpukan sampah, kebuntuan drainase, dan kian menumpuk stress di batok kepala warga kota.

Evan Survival, seorang musisi sang penutur rasa, membuka malam itu dengan lagu-lagu yang menghangatkan suasana. Kemudian, sebuah pertunjukan unik digelar: kolaborasi antara Masykur Al Alif Daeng Esa, musisi dan komposer, dengan Ridwan Aco, koreografer. Nada dan gerak saling bersahutan, menciptakan dialog yang hanya bisa dipahami oleh hati yang peka.

Saat malam semakin larut, Irwan AR naik ke panggung, membawa puisinya. Ia membaca dua karya dari puisinya, kata-katanya mengalir terdengar biasa, sederhana tanpa ‘ledakan’ namun pelan menelusup masuk ke dalam hati.

Tapi malam itu bukan hanya tentang musik dan puisi. Teater Kampus UNM menghadirkan pertunjukan “Paralel Reality”, sebuah drama yang mengangkat pencarian jati diri generasi Z di tengah gegas gempita budaya pop. Di panggung, batas antara realitas dan impian kabur, mengajak penonton merenungkan keberadaan mereka di dunia yang serba cepat dan absurd. Drama itu disutradarai oleh Arga Batara, S.Pd, yang berhasil membawa penonton ke dalam perenungan yang mendalam.

Kemudian, suasana bergeser. Agus Melody menghibur penonton dengan dangdut solonya, mengajak mereka bernyanyi dan berjoget bersama. Sebelum acara berakhir, sebuah film pendek berjudul Mata Air Sumur, karya Muhajir, diputar di layar sederhana. Cerita dalam film itu berbicara tentang kehidupan, harapan, dan air sebagai sumber kehidupan yang sering kali kita abaikan.

Sebagai penutup, grup musik Laba-Laba Duda Hitam memainkan lagu “sayang-sayang” dalam nuansa losquin-pop ala Mandar. Melodi itu seperti membungkus malam dengan kehangatan, meninggalkan kesan bahwa seni benar-benar telah menyentuh kota ini malam itu. Seluruh arus lalu lintas pertunjukan diatur secara apik oleh Alief Anggara- seorang sutradara muda bermasa depan cemerlang yang juga akademisi progresif di ISBI Sulsel.

Ketua Dewan Kesenian Sulawesi Selatan (DKSS) yang juga Wakil Rektor III Universitas Negeri Makassar (UNM), DR Arifin Manggau yang didaulat memberi sambutan mengaku niatnya hanya hadir sebagai penonton di malam minggu setelah rutinitas padat.

” Saya berharap ruang panggung gembira di Sao Panrita ini bisa dimanfaatkan sebagai panggung ekspresi dan interaksi pekerja seni dan warga sekitar serta mahasiswa,” ungkap DR. Arifin Manggau.

Hal senada diungkapkan Jamal April Kalan, Direktur Sao Panrita Center. Menurut pria bergonrong ini, ide membuat panggung gembira selain untuk menghidupkan UMKM yang ada di area Sao Panrita UNM ini, juga kebutuhan atas ruang interaktif warga dengan hiburan yang murah dan gampang diakses. “Dulu kita sering menjumpai panggung-panggung pesta rakyat, sekarang sarana hiburan sudah lebih sulit diakses kalangan rakyat biasa”

Namun, Panggung Gembira bukan hanya sekadar hiburan. Di antara penonton, selain Ketua DKSS, DR Arifin Manggau sederet kursi dengan seniman senior dan budayawan Yudistira Sukatanya bersama istri yang juga seorang seniwati Dewi Ritayana juga diantarara kursi- kursi yang menyebar acak di area depan panggung terlihat beberapa tokoh seperti anggota DPRD kota Makassar Andi Makmur Burhanuddin – mantan ketua sanggar Merah Putih Makassar ini lebih akrab dipanggil Noval oleh kawan-kawan seniman. Terlihat pula Dr. Ram Prapanca sutradar teater dan akademisi UNM, Ale Deep ketua Sanggar Merah Putih Makassar, Andri Prakarsa networker kebudayaan, Rahman Labaranjang -sutradara film, beberapa perupa-perupa Ishakim, Faisal Syarif, dan AH. Rimba, budayawaan Asmin Amin, seniman perupa dan puluhan mahasiswa Fakultas Seni dan Desain UNM dan pekerja seni kampus di kota Makassar.

Keberadaan mereka menandakan bahwa panggung ini lebih dari sekadar tempat pertunjukan. Ia menjadi ruang pertukaran gagasan, wadah bagi seniman muda untuk berkembang, dan tempat bagi komunitas untuk membangun solidaritas.

Bahkan, panggung ini juga menghidupkan perekonomian kecil di sekitar lokasi. Warung-warung menjajakan makanan dan minuman, kios-kios kecil menawarkan buku, karya kriya, serta barang dagangan lainnya.

“Menyikapi dinamika kehidupan perkotaan yang kian sumpek tersebut, yang kian menggiring warganya berperilaku nafsi-nafsi, mengalami ketegangan interaksi, tawuran, tekanan psikologis akibat tidak mampu menikmati entertainment berharga mahal, gedung kesenian yang kian sulit diakses, menyempitnya lahan taman kota dan ruang publik yang semakin gencar diokupasi oleh pedagang kaki lima, maka diperlukan cara alternatif sebagai solusi, seperti inisiasi panggung gembira dan ruang sao panrita center ini,”pungkas Yudistira Sukatanya

Di malam itu, seni, ekonomi, dan kebersamaan saling bertaut, menciptakan satu ekosistem yang memberi manfaat bagi banyak orang.

Malam itu, di panggung gembira Sao Panrita Center, orang-orang menemukan sesuatu yang mungkin sudah lama hilang: kegembiraan bersama.(#)

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

[tds_leads input_placeholder="Your email address" btn_horiz_align="content-horiz-center" pp_msg="SSd2ZSUyMHJlYWQlMjBhbmQlMjBhY2NlcHQlMjB0aGUlMjAlM0NhJTIwaHJlZiUzRCUyMiUyMyUyMiUzRVByaXZhY3klMjBQb2xpY3klM0MlMkZhJTNFLg==" pp_checkbox="yes" tdc_css="eyJhbGwiOnsibWFyZ2luLXRvcCI6IjMwIiwibWFyZ2luLWJvdHRvbSI6IjMwIiwiZGlzcGxheSI6IiJ9LCJwb3J0cmFpdCI6eyJtYXJnaW4tdG9wIjoiMjAiLCJtYXJnaW4tYm90dG9tIjoiMjAiLCJkaXNwbGF5IjoiIn0sInBvcnRyYWl0X21heF93aWR0aCI6MTAxOCwicG9ydHJhaXRfbWluX3dpZHRoIjo3Njh9" display="column" gap="eyJhbGwiOiIyMCIsInBvcnRyYWl0IjoiMTAifQ==" f_msg_font_family="702" f_input_font_family="702" f_btn_font_family="702" f_pp_font_family="789" f_pp_font_size="eyJhbGwiOiIxNCIsInBvcnRyYWl0IjoiMTIifQ==" f_btn_font_spacing="1" f_btn_font_weight="600" f_btn_font_size="eyJhbGwiOiIxNiIsImxhbmRzY2FwZSI6IjE0IiwicG9ydHJhaXQiOiIxMyJ9" f_btn_font_transform="uppercase" btn_text="Subscribe Today" btn_bg="#000000" btn_padd="eyJhbGwiOiIxOCIsImxhbmRzY2FwZSI6IjE0IiwicG9ydHJhaXQiOiIxNCJ9" input_padd="eyJhbGwiOiIxNSIsImxhbmRzY2FwZSI6IjEyIiwicG9ydHJhaXQiOiIxMCJ9" pp_check_color_a="#000000" f_pp_font_weight="500" pp_check_square="#000000" msg_composer="" pp_check_color="rgba(0,0,0,0.56)"]

Berita terkait

Berita Terbaru