MAKASSAR,UPOS.ID — Pemilihan Umum legislatif dan Presiden tinggal setahun lebih. Seluruh elemen partai sudah memanaskan ‘mesin’ politiknya. Diera keterbukaan informasi seperti saat ini bisa menjadi berkah bagi demokrasi atau malah malapetaka bagi demokrasi di Indonesia.
Fungsi media mainstream yang saat ini dimbangi berbagai media alternatif dan terutama tantangan hadirnya sosial media yang semakin massif itu menjadi topik diskusi Roadshow Journalism Roadshow 2022 yang mengambil isu “Tantangan Etika Jurnalistik dan Etika Digital di Tahun Pemilu”, di Red Corner Makassar, Sabtu 17 September 2022.
Kegiatan ini digelar Ikatan Jurnalis Televisi Indonesia (IJTI) Sulawesi Selatan bekerjasama Kominfo, Trust Tv dan GreatEdu.
Narasumber pertama Kepala Dinas Kominfo-SP Sulsel mewakili Gubernur Sulsel mengapresiasi kegiatan yang mengangkat tema etika jurnalis dalam tahun pemilu kedepan. Menurut narasumber yang mewakili Gubernur Sulsel itu, media mainstream masih harus memainkan peranannya.
“Isu-isu yang berkembang terutama hoks di sosial media masih menjadi kendala utama mewujudkan pemilu damai,” ujar Amson Padolo.
Thamzil Tahir, wartawan senior di Makassar yang berbicara berikutnya mengatakan saat ini jurnalis media mainstream menghadap 3 tantangan sekaligus. Yakni tantangan sebagai fungsinya mengabarkan kenyataan, kedua sebagai aktor politik dan demokrasi dan ketiga sebagai unit perusahaan.
Media dan jurnalis satu sisi adalah anjing penjaga bagi digelarnya pesta demokrasi dan sisi lain media harus menghidupi dirinya. “Ini menjadi tantangan tersendiri dunia media dan jurnalis itu sendiri, jurnalis dan medianya kadang harus berfungsi seperti Bawaslu atau KPU,” ungkap Thamzil Tahir.
Sementara Ketua IJTI, yang turut menjadi pembicara, melihat isu etika jurnalis di tahun pemilu secara normatif. Dimana jurnalis harus menaati kode etik jurnalistik, berpihak kepada kebenaran dan fakta, independen dan loyal kepada warga.
“Jurnalis sebagai profesi harus bekerja secara profesional misalnya menunjukkan kartu identitas wartawannya, hormati hak privasi, tidak menyuap dan tidak plagiat dan lain-lain, ” ujar Pria yang akrab disapa Idho ini.
Narasumber lainnya adalah Fajriani Langgeng, Direktur LBH Pers Makassar.(#)