Oleh: Fadli Dason (Peneliti Profetik Institute)
Upos.id, Seperti parasit yang menempel dalam ekosistem, politik parasitisme menjadi fenomena yang meresahkan di tengah kontestasi elektoral. Strategi ini terlihat ketika kandidat kepala daerah (Juara) diduga mendompleng logistik, keuangan, dan suara pemilih dari calon gubernur (Beramal). Meski tampak pragmatis, pendekatan ini menyimpan risiko besar bagi kedua pihak—baik Juara maupun Beramal.
Ketergantungan Juara pada kekuatan Beramal menciptakan persepsi negatif di mata publik. Ia dianggap tidak memiliki identitas politik yang mandiri dan hanya bertumpu pada kekuatan eksternal. Pemilih yang kritis cenderung melihatnya sebagai pemimpin lemah tanpa visi dan misi yang jelas. Tanpa diferensiasi yang kuat, Juara kehilangan daya tarik, terutama bagi pemilih yang mencari kandidat dengan ide segar. Duplikasi visi dan program Beramal hanya memperkuat anggapan bahwa Juara sekadar menjadi “pengikut,” bukan pemimpin visioner.
Dukungan logistik dan keuangan dari Beramal mungkin membantu Juara dalam jangka pendek, tetapi ketergantungan tersebut membawa risiko besar. Jika Beramal menghadapi krisis keuangan atau politik, momentum kampanye Juara bisa runtuh seketika. Ketergantungan ini juga menciptakan hubungan subordinasi yang membuat Juara terkesan tidak mampu berdiri sendiri. Dalam jangka panjang, ketergantungan semacam ini dapat memicu resistensi di kalangan pemilih yang menginginkan pemimpin dengan kapasitas mandiri dan program kerja autentik.
Dari sisi Beramal, dukungan terhadap Juara tidak sepenuhnya bebas risiko. Mendukung kandidat yang dianggap tidak kompeten dapat merusak reputasi Beramal. Pemilih bisa kecewa dan berpindah ke kandidat lain, baik di tingkat gubernur maupun kepala daerah. Selain itu, investasi sumber daya untuk mendukung Juara bisa menjadi beban jika kandidat ini gagal memberikan hasil yang diharapkan. Kampanye Beramal juga berisiko kehilangan fokus karena harus mengalokasikan perhatian dan logistik pada Juara, sehingga mengurangi efisiensi dalam mengelola agenda utamanya.
Hubungan antara Juara dan Beramal juga menciptakan potensi konflik internal dalam koalisi. Ketergantungan Juara pada Beramal bisa memicu kekecewaan di antara pendukung independennya yang merasa tersisih. Sementara itu, mitra politik Beramal mungkin melihat langkah ini sebagai strategi yang kurang strategis, sehingga melemahkan konsolidasi koalisi menjelang hari pencoblosan.
Politik parasitisme adalah strategi yang melemahkan kredibilitas kandidat dan menciptakan kerugian elektoral jangka panjang. Juara perlu membangun kekuatan independen dengan menawarkan program kerja yang autentik dan relasi langsung dengan pemilih. Sebaliknya, Beramal harus bijak dalam memilih sekutu politik untuk memastikan dukungannya membawa dampak positif, bukan menjadi beban strategis.
Sebagai pemilih, publik juga memiliki tanggung jawab penting. Memilih kandidat yang mandiri, berintegritas, dan memiliki visi jelas adalah langkah untuk menjaga kualitas demokrasi dan menghindari praktik politik transaksional yang merugikan.