BudayaOPINIPrabowo Tunaikan “Janji”

Prabowo Tunaikan “Janji”

Oleh: Fajlurrahman Jurdi* 

Pidato prabowo, presiden baru, selalu menjanjikan. Entah karena dia berlatar belakang militer atau karena hendak membangun distingsi dengan pendahulunya, ia, seolah membangun jarak watak yang kuat. “Kau dan Aku” tak sama, sebab itu, kalimatnya selalu menjanjikan. Prabowo membawa angin segar, membuka banyak harapan, dan dikepala setiap orang, ia menitipkan banyak optimisme.

Kekuasaan sejatinya adalah melayani, memberi contoh dan membangun optimisme. Kekuasaan sejatinya adalah kebajikan, sepanjang ia dipegang di tangan manusia baik. tangan manusia baik ditempa oleh sejarah, pertentangan dialektis dan ketegangan proses yang tak berkesudahan.

Kekuasaan ditangan orang yang tepat, akan mengubah seluruh entitas yang salah menjadi benar. Memberikan pelayanan, menjamin kehidupan yang baik, meluruhkan ketegangan, dan merumuskan kebijakan yang berpihak kepada masa depan umat manusia.

Saya, sebagai warga Negara merasa diayomi, saat pidato sang fuhrer yang menaikkan “upah guru” dan “upah buruh”. Dengan wajah penuh haru, bulir air mata pilu, ada kesedihan yang terpancar pada wajahnya. Ia mengerti tentang apa yang ia ucapkan, ia memahami apa yang dirasakan oleh para guru dan buruh dalam rentang waktu yang cukup lama. Saat ia menjadi menteri di bawah kendali penghulunya, tak ada yang bisa ia lakukan, selain menuruti kehendak sang tuan. Sekarang ia berganti menjadi tuan, dan bisa leluasa mengambil keputusan, dan keputusan itu untuk kepentingan rakyat yang telah lama menderita dalam lipatan janji palsu, kata-kata bohong, ucapan-ucapan yang tak bisa dipertanggungjawabkan.

Prabowo mengerti, bahwa usia kekuasaan tak lama, usia jabatan tak panjang, dan ia tak punya begitu banyak pewaris yang harus disantuni. Keluarganya sudah selesai dengan dirinya masing-masing. Meskipun dalam banyak hal, ia harus mengubah iklim dan kultur kekuasaan yang mengakar dalam tradisi politik Indonesia, tetapi komitmennya yang kuat, membawa harapan yang besar bagi angin perubahan.

Prabowo tentu tidak akan bisa menjadi seperti apa yang ia mau sepenuhnya. Ia juga tak mungkin bisa menjadi seperti yang dikehendaki oleh rakyat seluruhnya. Dia harus berada di antara labirin berbagai kepentingan yang menyandera tahta yang ia pegang. Tetapi penting diberi catatan, bahwa sepanjang ia punya komitmen, secercah harapan perubahan akan tampak di depan mata.

Ada banyak kekhawatiran di masa depan, tentang watak personalnya yang keras, bisa menjadi warning bagi demokrasi, sebab watak itu bisa menggangu kebebasan. Tentu saja, belum bisa dinilai dari sekarang, apakah watak ini akan dirumuskan dalam bentuk kebijakan atau akan terjadi dalam tindakan-tindakan yang tak direncanakan. Kekhawatiran ini akan menjadi catatan bagi masyarakat sipil dalam sejarah kekuasaan sang Jenderal.

Tentu Prabowo hadir bukan tanpa celah, juga datang bukan tanpa noda. Ia adalah noda itu sendiri dalam demokrasi. Ia diburu puluhan tahun karena dianggap pelanggar HAM, meskipun tak pernah benar-benar diadili dan diproses. Noda itu dianggap selesai, meskipun bisa jadi benar dia menjadi pelaku pembunuh berantai sepanjang orde baru berkuasa. Sekali lagi, ia telah terpilih menjadi presiden, dengan proses demokrasi yang dituding penuh kecurangan dan pelanggaran, tetapi berakhir pada penetapannya sebagai presiden terpilih.

Sebagai warga Negara, saya melihat nyala api perubahan tampak pada banyak hal, meskipun di banyak sektor masih membutuhkan sentuhan serius, terutama sektor penegakkan hukum. Bagi saya, ia harus mereformasi institusi kepolisian yang belakangan dituding sebagai biang kerok dari rusaknya demokrasi. Mereka dituding oleh banyak pihak, menyelam dalam sumur politik yang terlalu dalam, sehingga perlu langkah serius dan komitmen yang kuat untuk mendorong reformasi di dalamnya.

Di usia muda kekuasaan ini, sikap Prabowo untuk kepentingan publik membawa harapan. Tentu masih ada pelanggaran di dalamnya, dan menurut saya, orang-orang terdekatnya harus mengingatkan secara obyektif, tidak menjilat dan asal bapak senang, jika terdapat kesalahan yang ia lakukan. Prabowo adalah mahluk politik yang rasional. Karena itu, harus diberikan masukan yang rasional. Bukan asal ceplas-ceplos dan tidak bisa dengan gaya menjilat.

Prabowo masih menyimpan beban politik, yakni pengaruh ekor pendahulunya. Tetapi sepanjang ia rasional, ia akan bisa atasi itu. Dan suatu waktu, dia harus meninggalkan bayang-bayang pendahulunya agar saat kekuasaannya berakhir, ia pergi dengan wajah gembira dan dirindukan oleh rakyat. Selamat membaca.

*) Penulis adalah Dosen Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

[tds_leads input_placeholder="Your email address" btn_horiz_align="content-horiz-center" pp_msg="SSd2ZSUyMHJlYWQlMjBhbmQlMjBhY2NlcHQlMjB0aGUlMjAlM0NhJTIwaHJlZiUzRCUyMiUyMyUyMiUzRVByaXZhY3klMjBQb2xpY3klM0MlMkZhJTNFLg==" pp_checkbox="yes" tdc_css="eyJhbGwiOnsibWFyZ2luLXRvcCI6IjMwIiwibWFyZ2luLWJvdHRvbSI6IjMwIiwiZGlzcGxheSI6IiJ9LCJwb3J0cmFpdCI6eyJtYXJnaW4tdG9wIjoiMjAiLCJtYXJnaW4tYm90dG9tIjoiMjAiLCJkaXNwbGF5IjoiIn0sInBvcnRyYWl0X21heF93aWR0aCI6MTAxOCwicG9ydHJhaXRfbWluX3dpZHRoIjo3Njh9" display="column" gap="eyJhbGwiOiIyMCIsInBvcnRyYWl0IjoiMTAifQ==" f_msg_font_family="702" f_input_font_family="702" f_btn_font_family="702" f_pp_font_family="789" f_pp_font_size="eyJhbGwiOiIxNCIsInBvcnRyYWl0IjoiMTIifQ==" f_btn_font_spacing="1" f_btn_font_weight="600" f_btn_font_size="eyJhbGwiOiIxNiIsImxhbmRzY2FwZSI6IjE0IiwicG9ydHJhaXQiOiIxMyJ9" f_btn_font_transform="uppercase" btn_text="Subscribe Today" btn_bg="#000000" btn_padd="eyJhbGwiOiIxOCIsImxhbmRzY2FwZSI6IjE0IiwicG9ydHJhaXQiOiIxNCJ9" input_padd="eyJhbGwiOiIxNSIsImxhbmRzY2FwZSI6IjEyIiwicG9ydHJhaXQiOiIxMCJ9" pp_check_color_a="#000000" f_pp_font_weight="500" pp_check_square="#000000" msg_composer="" pp_check_color="rgba(0,0,0,0.56)"]

Berita terkait

Berita Terbaru