Upod.id, Beberapa bulan kita semua menyaksikan pertarungan kandidat-paslon yang sangat sengit dalam Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) yang menyisakan catatan buruk di dalamnya.
Bukan hanya proses transaksi politik yang berjalan, namun catatan buruk juga terjadi oleh para pendukung fanatik yang dijadikan sebagai alat politik.
Berbagai relawan yang tergabung juga tidak jarang kita jumpai hanya orang-orang yang dipolitisasi dari berbagai kelompok kepentingan dalam Pilkada.
Ada yang ikut karena diajak oleh senior dalam organisasinya, ada juga yang ikut karena tidak tau menahu soal politik, ada juga yang ikut hanya untuk bisa nimbrung karena ada kopi dan rokok, dan masih banyak lagi motif relawan yang rela mati membela Paslon-paslon tertentu.
Sangat disayangkan, di Indonesia setidaknya banyak kasus bentrok antar relawan yang tidak bisa dicerna dijelaskan oleh akal, selain dari bentuk fanatisme dalam politik, beberapa kejadian. Berikut beberapa kasus bentrokan dan gesekan antar relawan pasangan calon (paslon) di Pilkada 2024:
1. Kabupaten Pekalongan: Gesekan terjadi saat pengambilan nomor urut paslon. Konflik dipicu dugaan praktik politik uang oleh salah satu pihak yang berujung pada ketegangan antar relawan. Meskipun tidak berujung pada kekerasan fisik, ketegangan ini sempat viral di media sosial (Radar Pekalongan SINDOnews)
2. Sumatera Utara (Puncak Jaya): Terjadi konflik yang lebih serius, termasuk perang antar pendukung dan pembakaran rumah. Situasi ini dipicu oleh ketidakpuasan atas proses pemilihan (tirto.id)
3. Makassar (Hotel Claro): 10 November 2024 saat debat Pilgub kembali diwarnai dengan bentrok antar dua relawan.
4. Kota Parepare: gesekan warga juga terjadi tepat hari pemilihan Walikota, kejadian malam hari, beberapa sumber mengatakan bentrok terjadi sebab relawan 03 yang konvoi lewat di depan posko pemenangan salah-satu Paslon yang membuat adu jotos tak terkendali.
5. Polarisasi di Berbagai Daerah: Potensi konflik muncul akibat polarisasi yang dipicu oleh identitas kelompok dan informasi provokatif. Para peneliti menyarankan partai politik dan pendukung untuk menjaga etika komunikasi agar tidak memicu konflik (tirto.id)
Melihat beberapa gesekan antar relawan di lapangan telah menyisakan beberapa catatan buruk pada Pilkada hari ini, tentu kita semua berharap agar kedepannya Pilkada harus diwarnai dengan pertarungan gagasan tanpa adanya isu sensitif atau black campaign.
Terakhir untuk catatan relawan, jangan hanya ikut serta dalam politik yang kalian tidak tau bagaimana cara kerja politik yang sangat polarisasi, ini bukan persaingan, atau pertarungan. Melainkan perlombaan untuk memperbaiki bangsa dan daerah.
Apa lagi hanya ikut nimbrung, lalu dijadikan alat untuk menyebarkan informasi hitam yang akhirnya memicu bentrok antar sesama relawan, sehat-sehat untuk para relawan yang rela mati membela Paslon-paslon yang hanya memikirkan dirinya sendiri.