MAKASSAR– Anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) daerah pemilihan Sulawesi Selatan, Ajeip Padindang, menyemangati dunia kesenian dan seniman di Sulsel dengan pesan kebudayaan perreng dalam menghadapi situasi normal baru dalam masa pandemi untuk bisa tetap bertahan melewati tahun 2021 ini.
Senator Sulsel ini memberikan pesan kebudayaannya kepada sahabat-sahabat seniman dan budayawan baik yang senior maupun seniman-seniman muda di Sulsel ini dalam kegiatan “Ekpresi Akhir Tahun” di pelataran Sao Panrita UNM, 29 Desember 2021.
Ajeip hadir dalam kapasitasnya sebagai senator ini memanfaatkan masa reses dengan bersilaturahmi dengan seniman dan budayawan tersebut tak henti-hentinya mengingatkan protokol kesehatan yang ketat dan segera vaksin bagi yang belum vaksin. Sebab untuk bisa bertahan dalam situasi pandemi ini maka seniman harus vaksin.
“Katanya seniman itu paling susah diajak vaksin, makanya saya selalu ingatkan itu bukan hanya untuk memenuhi target herd imunity tapi kesenian dan seniman harus punya perreng dalam bahasa Bugis atau daya tahan untuk bertahan dalam segala keterbatasan ini” ungkapnya membuka kegiatan.Menurutnya perreng ini adalah dasar untuk bisa memiliki daya hidup. Yang akan melucut untuk kreatif dan beradaptasi.
Pesan budaya Ajeip tersebut disambut dan dibobot oleh budayawan Hasymi Ibrahim sebagai pesan yang berakar kultur bagi situasi pandemi ini.
“Perreng itu adalah pesan kebudayan yang punya akar kultural yang bisa saja juga dimiliki oleh orang Batak, Jawa, Sunda dan lainnya di Nusantara ini,” ujar Hasymi.Bahkan bagi esais ini, Perreng ini harus bisa dipromosikan sebagai sebuah pendekatan untuk menghadapi situasi pandemi. Sebab selama ini pemerintah lebih banyak melakukan pendekatan kesehatan dan belum memakai pendekatan kebudayaan. Padahal kebudayaan dan kesenian khususnya adalah salah satu sendi kehidupan yang paling terdampak dengan pandemi Covid-19.
Menurut Bahar Merdhu, koordinator acara, situasi pandemi menjelang libur natal dan tahun baru inilah yang membuat kegiatan yang sebenarnya tiap tahun digelar ini harus digelar secara sederhana dan terbatas dikalangan seniman dengan protokol kesehatan yang ketat.
“Ini pertama kalinya secara offline kegiatan kesenian akhir tahun kami gelar sejak pandemi, dan sifatnya terbatas jadi bersifat silaturahmi seniman saja dengan durasi yang terbatas dimulai pukul 4 sore hingga sampai jam 8 malam,” ungkap Bahar yang juga pimpinan Rombongan Sandiwara Petta Puang.
Menurut Bahar, ekspresi Akhir Tahun sebenarnya hajatan kesenian tiap tahunnya diselenggarakan hanya saja selama musim pandemi Covid-19 baru tahun ini kembali digelar dengan sangat sederhana secara offline.
Ekspresi Akhir Tahun ini menyajikan beberapa pertunjukan seni seperti musik, puisi, tari dan kolaborasi seni. Juga orasi budaya tentang harapan berkesenian tahun 2022 yang sebentar lagi kita jelang.Beberapa seniman baik yang senior maupun seniman-seniman muda mengisi acara.
Penyair dan sutradar teater seperti Yudhistira Sukatanya, Asmin Amin kritukus sastra Mahrus Andis, penyair-penyair dari Forum Sastra Indonesia Timur (Fosait), Irwan. AR.
Juga ada pertunjukan tari dari sanggar Yama, penampilan Bahar Karca dari Rumah Balada Indonesia (RBI) serta orasi budaya dari Ajeip Padindang dan Hasyim Ibrahim. Tampak hadir pula politisi yang sedang asyik dengan dunia lukis dan literasi Armin Topotiri, budayawan muda dari kota Palopo, Adi Rucil, dan Ancoe Amar dosen film Institut Kesenian Jakarta (IKJ).(#)