Oleh: Kaharuddin
Upos.id, Di balik kesuksesan Tapak Suci Putera Muhammadiyah di Tana Toraja, terdapat kisah inspiratif dari Sumartin, Ketua Pimpinan Daerah (Pimda) 152 Tapak Suci, dan istrinya, Irma Rusman Saleh. Keduanya menunjukkan dedikasi luar biasa dalam mengembangkan ortom Muhammadiyah tersebut, meskipun mereka memiliki kesibukan sehari-hari sebagai Aparatur Sipil Negara (ASN). Kisah mereka mengajarkan bahwa pengabdian kepada Muhammadiyah tidak mengenal kata “sibuk.”
Sumartin, yang bekerja sebagai ASN di Pemda Tana Toraja, dan istrinya yang juga berprofesi sebagai guru di SMA Negeri 9 Tana Toraja, membagi waktu mereka antara pekerjaan, keluarga, dan dakwah. Meski padatnya rutinitas harian mereka, semangat untuk mengembangkan Tapak Suci tak pernah pudar.
“Melibatkan diri dalam Muhammadiyah bukan hanya di waktu luang, tetapi kita harus meluangkan waktu untuk Muhammadiyah,” ujar Sumartin yang juga pernah menjabat kepala DPMPTSP Tana Toraja ini, menggarisbawahi filosofi hidupnya. Ucapan ini mencerminkan komitmen mendalam mereka, bahwa dakwah dan perjuangan dalam membesarkan ortom seperti Tapak Suci adalah prioritas yang tidak bisa ditunda atau dikesampingkan.
Bersama istrinya, Sumartin saling bahu-membahu dalam berbagai kegiatan Tapak Suci, mulai dari mendampingi kader, memimpin latihan, hingga merencanakan strategi pengembangan unit latihan baru. Istrinya, yang aktif dalam mendidik generasi muda di sekolah, juga memberikan dukungan penuh terhadap program Tapak Suci, terutama di lingkungan sekolah tempatnya mengajar. Di SMA 9 Tana Toraja, mereka berhasil membentuk salah satu unit latihan Tapak Suci yang aktif dan produktif, melahirkan kader-kader muda berbakat.
Bagi Sumartin dan istrinya, Tapak Suci lebih dari sekadar organisasi bela diri. Ini adalah wadah untuk menanamkan nilai-nilai keislaman, disiplin, dan semangat kepemimpinan kepada para generasi muda. Mereka melihat Tapak Suci sebagai medium penting untuk membangun karakter kuat yang tidak hanya berguna di gelanggang bela diri, tetapi juga dalam kehidupan sehari-hari.
Sejalan dengan falsafah Tapak Suci, “Dengan Iman dan Akhlak saya menjadi kuat, tanpa Iman dan Akhlak saya menjadi lemah,” mereka percaya bahwa keimanan dan akhlak yang baik adalah kunci kekuatan dalam setiap aspek kehidupan.
Di tengah segala tantangan dan keterbatasan waktu, pasangan ini tetap menunjukkan dedikasi luar biasa dalam membesarkan Tapak Suci di Tana Toraja. Mereka tidak hanya bekerja untuk mencari nafkah, tetapi juga terus berkontribusi dalam membina kader Muhammadiyah melalui Tapak Suci. Komitmen mereka menjadi teladan bagi para kader muda, bahwa dakwah dan perjuangan adalah bagian dari tanggung jawab setiap kader Muhammadiyah.
Kisah Sumartin dan istrinya adalah bukti bahwa dengan niat yang kuat, waktu yang terbatas bukanlah halangan untuk terus berbuat bagi agama dan persyarikatan. Mereka telah mengajarkan kepada kita semua bahwa ber-Muhammadiyah bukan hanya sebatas aktivitas di waktu luang, melainkan harus menjadi bagian dari hidup itu sendiri.
Semoga kisah inspiratif pasangan ini dapat menjadi teladan bagi kader-kader Muhammadiyah lainnya, untuk terus bersemangat dalam dakwah dan pengabdian, tak peduli sesibuk apapun kehidupan sehari-hari mereka.