Upos.id, Pangkep- Konflik nelayan yang di prakarsai oleh perebutan area dan wilayah tangkap nelayan kembali terjadi. Kali ini konflik terjadi di perairan Kabupaten Pangkep antara nelayan Pulau Satando (Desa Mattiro Baji) dengan Nelayan dari Pulau Sagara (Desa Mattiro Bombang).
Kejadian tersebut terjadi akibat permasalahan lama antar kalangan nelayan masing masing pulau yakni perebutan wilayah tangkap, yang mana lokasi tempat nelayan Pulau Sagara melaut kemudian di datangi oleh Nelayan Pulau Satando yang pada dasarnya juga sudah biasa melaut di wilayah tersebut. Sontak akibat kedatangan nelayan Satando tersebut memicu emosi dari oknum kelompok nelayan di Pulau Sagara dan akhirnya terjadilah konflik antara lain penyerangan oleh nelayan pulau sagara terhadap dua kapal nelayan pulau satando yang tengah melaut pada saat itu (kamis malam 28/Agustus/2023) alhasil konflik tersebut menjadikan dua kapal nelayan pulau satando tenggelam serta beberapa kerugian yang lain.
Kemudian konflik tersebutpun coba di ketengahi oleh pemerintah setempat yakni oleh masing masing pemerintah desa sebagai perwakilan masing masing pihak yang berkonflik. Masalah inipun akhirnya diselesaikan dengan cara membawa para pihak untuk melakukan mediasi di aula kantor Dinas Perikanan Kabupaten Pangkep, yang akhirnya menghadirkan kesepakatan bagi kedua pihak antara lain akan mengatur tentang batas batas wilayah tangkap masing masing nelayan, serta juga akan segera memberikan ganti rugi dan kompensasi terhadap kerugian yang dialami oleh dua nelayan pulau satando yang kapalnya di tenggelamkan serta kerugian yang lainnya dan dari mediasi tersebutpun kedua pihak nelayan sepakat untuk berdamai.
Akan tetapi belakangan dua nelayan pulau satando berinisial SS dan DJ menyampaikan keluhannya lantaran kesepakatan dalam mediasi sebelumnya telah sebulan berlalu belum ada yang di realisasikan baik pengaturan batas dan yang lebih penting ganti rugi dan kompensasi yang dijanjikan.
Nelayan inisial SS menyampaikan belum ada realisasi hasil kesepakatan yang dilaksanakan.
“sudah satu bulan setelah masalah ini diselesaikan di kantor perikanan tapi sampai sekarang belum ada yang dilakukan, kami tentu saja selalu menunggu itu yang katanya akan dilakukan secepatnya tapi sekarang masih tidak ada apalagi katanya pemerintah setempat yang akan ambil alih”.
Kemudian DJ juga menyampaikan keluhannya bahwa dampak dari kejadian ini membuat sengsara lantaran sudah sebulan tak bisa melaut dan menafkahi keluarga
“kapal dan alat tangkap rusak berat dan belum ada ongkos untuk memperbaiki, sudah satu bulan tidak bisa melaut akibat jadi korban penyerangan itu padahal ada kebutuhan keluarga yang harus di penuhi”
Ia pun berharap agar pemerintah segera menyelesaikan permasalahan dan hasil kesepakatan.
“kami harap pemerintah atau pihak yang bilang akan menyelesaikan ini semua cepat tolong dipercepat segera karena kami betul betul membutuhkan”