KULINERTPA Aloppoe Parepare Tanpa Pengelolaan Serius: Lingkungan dan Warga Terancam

TPA Aloppoe Parepare Tanpa Pengelolaan Serius: Lingkungan dan Warga Terancam

Upos.id, Indonesia menghasilkan sekitar 40-60 juta ton sampah setiap tahun, namun sebanyak 96% di antaranya tidak dikelola dengan benar. Kondisi ini mencerminkan tantangan besar, termasuk di Kota Parepare, Sulawesi Selatan, yang menghadapi persoalan serius dalam pengelolaan Tempat Pembuangan Akhir (TPA).

Kondisi TPA Aloppoe Parepare

TPA Aloppoe Parepare kini tampak tidak terurus dengan layak. Salah satu masalah utama adalah tidak adanya proses penimbangan sampah untuk mencatat jumlah dan jenis sampah yang masuk. Padahal, proses ini penting untuk mendukung pengelolaan yang efisien. Selain itu, banyak bangunan di dalam area TPA terlihat kosong dan tidak digunakan.

Menurut salah seorang sopir pengangkut sampah yang enggan disebutkan namanya, sekitar 70 kendaraan pengangkut sampah masuk ke TPA setiap harinya, termasuk kendaraan besar, motor roda tiga, dan pikep. Aktivitas TPA berlangsung dari pagi hingga sore, namun tanpa sistem yang terorganisir dengan baik, pengelolaan sampah menjadi tidak maksimal.

“Biasanya mobil pengangkut sampah beroperasi pagi hari, dan sore sudah mulai masuk satu per satu ke TPA,” ungkap seorang pengepul di lokasi.

Masalah Timbunan Sampah

Salah satu pemandangan mencolok di TPA Parepare adalah gundukan sampah yang ditimbun berlebihan dengan pasir. Gundukan ini menyerupai “gunung tanpa sampah,” tetapi praktik seperti ini memiliki dampak serius jika tidak dikelola dengan benar.

Risiko Longsor Sampah

Timbunan sampah yang terlalu tinggi berpotensi menyebabkan longsor sampah, yang dapat menimbulkan korban jiwa. Kasus serupa pernah terjadi di TPA Galuga, Bogor, pada 2010, di mana longsor sampah membawa dampak tragis.

Pencemaran Tanah

Saluran air di sekitar TPA Parepare juga menjadi perhatian. Air yang mengalir dari TPA mencemari tanah di sekitarnya, yang berpotensi merusak lahan pertanian, termasuk kebun jagung milik warga. Kondisi ini dapat merugikan petani dan mengancam produktivitas pertanian lokal.

Dampak Lingkungan Gangguan Degradasi Limbah Organik

Pasir yang berlebih menghambat kontak udara dan mikroorganisme dengan limbah organik, sehingga proses penguraian alami melambat atau terhenti. Akibatnya, timbul akumulasi limbah yang lebih lama terurai.

Seperti Gas Metana dari limbah organik yang terkubur tanpa degradasi memicu risiko ledakan, seperti yang pernah terjadi di TPA Leuwigajah, Bandung (2005)

Perubahan Drainase

Pasir yang terlalu banyak menciptakan lapisan impermeabel, atau benda yang tidak dapat dilewati oleh cairan, gas, dan butiran sehingga air lindi (leachate) dari limbah tidak terserap ke tanah, melainkan mengalir ke lingkungan sekitar. Hal ini mencemari air tanah dan sungai.

Seperti di TPA Bantar Gebang, air lindi yang tidak terkontrol mencemari sumur warga sekitar.

Peran Pemerintah yang Diharapkan

Melihat kondisi ini, pengelolaan TPA Aloppoe Parepare membutuhkan perhatian serius dari pemerintah kota. Selain perbaikan sistem operasional, penting untuk memastikan bahwa timbunan sampah tidak lagi dibiarkan tanpa pengawasan. Hal ini termasuk mengelola aliran limbah agar tidak mencemari lingkungan sekitar.

Sebentar lagi, Parepare akan memiliki Wali Kota dan Wakil Wali Kota baru. Diharapkan kepemimpinan mendatang menjadikan pengelolaan sampah sebagai salah satu prioritas utama. Lingkungan yang sehat adalah tanggung jawab bersama, dan langkah nyata diperlukan untuk menghindari dampak buruk bagi warga dan alam di sekitar TPA.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

[tds_leads input_placeholder="Your email address" btn_horiz_align="content-horiz-center" pp_msg="SSd2ZSUyMHJlYWQlMjBhbmQlMjBhY2NlcHQlMjB0aGUlMjAlM0NhJTIwaHJlZiUzRCUyMiUyMyUyMiUzRVByaXZhY3klMjBQb2xpY3klM0MlMkZhJTNFLg==" pp_checkbox="yes" tdc_css="eyJhbGwiOnsibWFyZ2luLXRvcCI6IjMwIiwibWFyZ2luLWJvdHRvbSI6IjMwIiwiZGlzcGxheSI6IiJ9LCJwb3J0cmFpdCI6eyJtYXJnaW4tdG9wIjoiMjAiLCJtYXJnaW4tYm90dG9tIjoiMjAiLCJkaXNwbGF5IjoiIn0sInBvcnRyYWl0X21heF93aWR0aCI6MTAxOCwicG9ydHJhaXRfbWluX3dpZHRoIjo3Njh9" display="column" gap="eyJhbGwiOiIyMCIsInBvcnRyYWl0IjoiMTAifQ==" f_msg_font_family="702" f_input_font_family="702" f_btn_font_family="702" f_pp_font_family="789" f_pp_font_size="eyJhbGwiOiIxNCIsInBvcnRyYWl0IjoiMTIifQ==" f_btn_font_spacing="1" f_btn_font_weight="600" f_btn_font_size="eyJhbGwiOiIxNiIsImxhbmRzY2FwZSI6IjE0IiwicG9ydHJhaXQiOiIxMyJ9" f_btn_font_transform="uppercase" btn_text="Subscribe Today" btn_bg="#000000" btn_padd="eyJhbGwiOiIxOCIsImxhbmRzY2FwZSI6IjE0IiwicG9ydHJhaXQiOiIxNCJ9" input_padd="eyJhbGwiOiIxNSIsImxhbmRzY2FwZSI6IjEyIiwicG9ydHJhaXQiOiIxMCJ9" pp_check_color_a="#000000" f_pp_font_weight="500" pp_check_square="#000000" msg_composer="" pp_check_color="rgba(0,0,0,0.56)"]

Berita terkait

Berita Terbaru