PendidikanWR II Nobel Sebut Pengelolaan Kunci Keberhasilan Desa Wisata di Jeneponto

WR II Nobel Sebut Pengelolaan Kunci Keberhasilan Desa Wisata di Jeneponto

Upos.id, JENEPONTO — Wakil Rektor II Institut Teknologi dan Bisnis Nobel Indonesia, Dr. H. Muhammad Hidayat, S.E., M.M., memberikan edukasi kepada masyarakat Jeneponto dan Mahasiswa KKN Tematik dalam Seminar Kewirausahaan dan Desa Wisata di Kecamatan Rumbia, Senin (21/8) kemarin.

Dalam kesempatan itu, Mantan Kepala LP2NI itu memaparkan perihal desa wisata. Sementara, seminar kewirausahaan dijelaskan oleh Kepala LPMI Nobel Indonesia, Dr. Abdullah, S.E, M.Si.

Hidayat menjelaskan, jika pengelolaan kompleks wisata yang seimbang, akan menjadi faktor penentu bagi keberhasilan pengelolaan kawasan wisata. “Dalam seminar ini pengelolaan kawasan wisata diarahkan untuk menggunakan triple bottom line, sebagai upaya penyeimbangan pengelolaan kawasan wisata yaitu terciptanya keseimbangan antara masyarakat (people), bumi/lingkungan (planet) dan keuntungan(profit).

Hidayat melanjutkan, ketiga point dalam triple bottom line ini akan mengarahkan pengelolaan lingkungan wisata harus melibatkan masyarakat melalui pemberdayaan dan komitmen masyarakat terhadap pengelolaan wisata. Pengelolaan wisata juga harus terus berupaya untuk menjaga kelestarian lingkungan hidup, destinasi wisata selayaknya dikelola tanpa mengorbankan kelestarian lingkungan (planet).

“Dan tak bisa dipungkiri, pengelolaan kawasan wisata juga harus mampu menciptakan keuntungan melalui kegiatan kegiatan usaha wisata yang mendukung kegiatan perekonomian terutama bagi masyarakat sekitar (Profit),” sambungnya.

Selain mengupas pendekatan triple bottom line, ia juga menyampaikan pentingnya kelompok sadar wisata yang memiliki awareness terhadap kelangsungan kepariwisataan, yang berpedoman pada tercapainya prinsip sapta pesona pariwisata.

Mantan Kepala LP2NI Nobel itu menambahkan, terdapat tiga permasalahan yang mendasar dalam pengelolaan wisata yaitu, development pengembangan kepariwisataan harus terus diupayakan, agar tercipta destinasi wisata seperti yang diharapkan oleh para pelaku wisata dan juga para wisatawan itu sendiri.

Maintenance kawasan wisata harus terus terjaga terpelihara sehingga fungsi maintenance, menjadi faktor yang sangat penting. Karena banyak sekali tempat wisata yang ketika pertama muncul sangat indah dan ramai oleh pengunjung, tapi seiring dengan perjalanan waktu ketika terjadi pengabaian terhadap perawatan, maka akhirnya tempat wisata tersebut menjadi kumuh dan tak terurus dan hal ini paling sering terjadi dalam pengelolaan kawasan wisata,” katanya.

Sustainability upaya untuk menjadikan kawasan menjadi kawasan yang aman nyaman rapi indah, sebagaimana selaras dengan sapta pesona wisata perlu kemauan keras untuk pengelolaan yang berkelanjutan. Untuk itu pengelolaan kawasan wisat perlu adanya integrasi dari seluruh pemangku kepentingan yaitu masyarakat (pelaku usaha wisata wisatawan,dan komunitas) pemerintah (aturan-aturan yang dibutuhkan dalam pengelolaan kepariwisataan termasuk dukungan baik financial maupun non financial dari pemerintah.” tandasnya.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita terkait

Berita Terbaru