BudayaLily Yulianti, Sebuah Nama Dedikasi pada Literasi

Lily Yulianti, Sebuah Nama Dedikasi pada Literasi

MAKASSAR,UPOS.ID– Kabar duka datang dari dunia literasi dan sastra Indonesia yang karyanya dan kerja-kerja literasinya menelusuri hingga ke tingkat Internasional.

“Lily sudah tiada, Innalilahi wa innailaihi rojium. Dia berangkat dengan tenang didampingi saya dan fawwaz,” tulis Farid Ibrahim, suami Lily Yulianti, dalam akun instagramnya.

Tak lama berselang informasi dari keterangan gambar yang menampilkan Lily duduk di ranjang sebuah rumah sakit dengan memegang sebuah buket bunga, dan jari simbol sayang ala Korea sembari menampakkan senyum merekah -sesuatu yang khas terlihat saat ia berfoto dan tampak nyaris menghiasi foto-foto di akun sosial medianya- disahuti oleh komentar ungkapan belasungkawa dari rekan dan sahabat, terutama pegiat literasi dan aktivis sosial dan gender.

Lily Yulianti Farid meninggal dunia di kota Melbourne, Australia pukul 01.00 Jumat Dini hari waktu Melbourne. Almarhumah Lily menghembuskan nafas terakhirnya di rumah sakit Peter Maccallum Cancer Center di Melbourne. Jenazah perempuan yang dikenal sebagai penggagas dan mengerjakan -bersama tim- hampir lebih 12 tahun Makassar International Writers Festival (MIWF) -sebuah hajatan literasi dan sastra bertaraf internasional yang digelar setiap tahunnya itu- dimakamkan di sebuah pekuburan Islam di kota Melbourne.

Menurut, Hasmy Ibrahim, seorang budayawan di Sulsel yang juga adalah kakak Ipar Lily sekaligus orang yang turut menyokong proyek – proyek literasi dan kebudayaan yang digerakkan Lily itu, keinginan untuk dimakamkan di Melbourne adalah pesan almarhumah sendiri, meneruskan informasi yang diterimanya dari anak semata wayang pasangan Farid Ibrahim dan Lily Yulianti Farid, Fawwaz Naufal Farid.

“Mungkin dia membayangkan betapa akan merepotkannya bila (almarhumah) jenazahnya harus dimakamkan di Sulsel, dia memang orangnya praktis dari dulu,” ungkap Kak Ami, sapaan Hasymi Ibrahim.

Seorang sahabat Lily dan Farid, sesama Warga Negara Indonesia (WNI) di Australia, lewat akun Facebooknya, Muslimin Marwas menambahkan informasi bahwa, jenazah Lily Yulianti Farid dimandikan dan dishalatkan di masjid Preston, Melbourne Australia. Selanjutnya dimakamkan di sebuah pekuburan Islam, Northem Memorial Park, masih di kota Melbourne. Hari Sabtu, pukul 02.30 siang waktu Melbourne, Australia. Rupanya, bagi kerabat, sahabat dan rekan-rekan yang mengenal beliau dan tidak bisa hadir di lokasi pemakaman, bisa turut menghadiri prosesi pemakaman yang berlangsung sejak pukul 01.45 waktu Melbourne Australia atau pukul 10.45 waktu Indonesia tengah di kota Makassar secara daring lewat zoom meeting yang dibagikan tautannya sejak Sabtu pagi.

Hari-hari terakhir, hari-hari berjuang sembuh dari kanker.

Dari informasi Farid Ibrahim yang mengabarkan meninggalnya sang istri di akun Instagramnya itu, juga diketahui bila Lily menghembuskan nafas terakhir di rumah sakit Peter Maccallum Cancer Center di Melbourne. Sebelumnya, Lily berjuang melawan kanker yang menggerogoti tubuhnya. Pada unggahan di akun sosial media, Instagramnya, tanggal 4 November 2022, Lily Yulianti membagikan momen sekaligus mengabarkan bahwa ia sudah setahun ini menjadi ‘pelanggan’ tetap rumah sakit Peter Maccallum Cancer Center di Melbourne Australia. Ia tengah membagi semangat untuk sembuh untuk diri dan orang-orang yang tengah mengalami hal serupa, berjuang untuk sembuh.

“Salah satu pelajaran terpenting yang saya petik selama setahun ini, bahwa sakit adalah kesempatan terbaik untuk menyelam ke dalam diri sendiri untuk menemukan rantai kesyukuran yang tak akan ada ujungnya,” tulis Lily di keterangan foto Instagramnya itu. Lily hanya sesekali mengabadikan proses kemoterapi untuk kanker ovarium.

Ia mengabarkan penyakit yang mengidap tubuhnya untuk berbagi semangat dan pengetahuan -seperti kerap ia lakukan dalam aktivitas kerja literasi dan kebudayaannya. Lily mengabarkan bahwa kenyataan kanker tersebut yang mulai disadarinya sejak 10 November 2021 silam setelah menjalani operasi kista ovarium dan diakuinya membuatnya lebih mengenal dekat dengan tubuhnya sendiri.

Akhir-akhir tahun 2022 lalu, Lily mengabarkan kondisinya makin membaik. Selain bahwa keyakinan atas perkembangan dunia kedokteran dengan terapi menggunakan obat anti kanker yang dikembangkan di rumah sakit kanker Peter Maccallum Australia tersebut. Dukungan semangat untuk sembuh tak hentinya datang menghampiri, baik lewat komentar di akun Instagramnya, pesan WhatsApp hingga datang langsung menjenguk ke rumah sakit. Selebihnya, Lily lebih banyak mengunggah foto-foto di Instagram yang tampak ceria dan hasil perjalanannya -ia dan suaminya adalah pasangan yang senang Travelling- berjumpa dengan orang-orang baru dan sahabat-sahabat lamanya. Sambil terus aktif mengerjakan proyek-proyek literasi termasuk menyiapkan MIWF 2023 bulan Juli nanti.

Dewi Lestari penulis novel best seller Supernova dan Perahu Kertas termasuk yang mengaku masih berkomunikasi dengan almarhumah, seminggu sebelum kabar duka itu datang ke penulis yang kerap disapa Dee tersebut. Dee bahkan mengaku baru saja selesai berjanji jadwal untuk melakukan meeting secara daring. Meeting yang membicarakan perihal keterlibatan Dee dalam MIWF 2023 itu, yang sedianya akan dilangsungkan hari Senin harus ditunda.

Pagi-pagi sekali, mbak Lily kirim pesan, mengatakan ia masuk rumah sakit Melbourne dan akan berkabar jika sudah keluar. Tulis Dee di akun Instagramnya dengan mengunggah foto bersamanya dengan Almarhumah, dan menyampaikan betapa ia terkejut dengan kabar kepergian orang yang diakui punya semangat yang besar untuk dunia perbukuan, sastra dan literasi khususnya membesarkan event MIWF, itu.

Kabar masuknya kembali Lily ke rumah sakit diketahui Hasymi Ibrahim dari adik kandungnya yang juga adalah suami Lily, Farid Ibrahim. Namun menurut kolomnis dan penulis puisi serta esai ini, ipar yang mereka saling mengidolakan itu masih berkomunikasi baik lewat grup WhatsApp keluarga maupun lewat chat personal.

“Lily masih sempat mengirim pesan untuk menyemangati saya kembali berkarya dan menjadi kak Ami yang mereka banggakan seperti dulu,” cerita Hasymi Ibrahim saat ditemui di rumah peninggalan orang tuanya di perumahan Minasa Sari, Makassar, Jumat malam, 10 Maret 2023.

Hasymi menceritakan, jelang kabar duka itu ia masih memberinya semangat untuk sembuh. Lily menanggapinya dengan riang, selain berterima kasih ia juga terdengar lebih realistis atas kanker yang dideritanya. Lily bilang, ia lebih tahu tubuhnya dan seperti apa kondisi kanker yang ada di tubuhnya, juga menambahkan bahwa yang seharusnya disemangati adalah suaminya.

Menurut Hasmy, adiknya itu -Farid Ibrahim- sesungguhnya sudah cukup siap menghadapi kondisi terburuk saat ia harus membawa istrinya kembali ke rumah sakit dalam kondisi lemah. Ia diberitahu dokter bahwa terapi kankernya sudah tak memberi respon lagi. Dokter pun meminta keluarga untuk bersiap dan pasrah. Namun, sehari sebelum kabar itu datang. Hasymi Ibrahim tak berkomunikasi nyaris seharian itu. Hingga pukul 10 malam waktu Makassar, ia di telpon Farid dengan suara sesak, mengabarkan kepergian Lily untuk selamanya dan meminta Hasmy Ibrahim mengabarkan kepada keluarganya di Makassar.

Walaupun Farid sudah diberitahu akan kondisi terburuk istrinya dan mengaku telah siap, Hasmy tahu adiknya itu cukup terpukul atas kematian istri yang kemana pun bekerja dan melanjutkan pendidikannya selalu dia dampingi.

Bagi sahabat dan Rekannya, Kepergiannya Mengejutkan. Bukan hanya Dee yang terkejut dengan kabar duka kepergian Lily Yulianti untuk selamanya. Kabar mengejutkan tersebut seolah tak dipercayai oleh orang-orang yang menjadi bagian dari MIWF dan Rumahta’ Artspace. Mereka seolah tak bisa berkata apa-apa, akun resmi MIWF di Instagram di jam-jam awal kabar duka itu datang, hanya memajang foto Lily Yulianti Farid yang anggun dan manis dengan dominasi warna hitam putih pada latar belakang gambar dan teks “no more words” yang seolah memberi pesan, mereka tak bisa berkata apa-apa. Keterangan gambar pun hanya berisi emoji bunga.

Begitupun yang dirasakan, sahabat dan rekan kerjanya nyaris selama delapan belas tahun, Aan Mansyur – penyair dan salah satu kurator di MIWF- dalam kesan yang dibagikan dalam akun instagramnya saat keesokan harinya. Baginya selama ini kak Lily -begitu ia dan beberapa rekan kerjanya menyapa- orang yang cukup aktif dan lincah bergerak, penuh ide-ide kreatif dan proyek literasi serta pengembangan kebudayaan. Itulah mengapa, Aan merasa kepergian Lily terlalu cepat.

Dengan kalimat puitiknya Aan menulis dalam keterangan gambar di akun Instagramnya, Jumat (10/3), Dan, lagi, dia pergi, dia meninggalkan saya, dan banyak sahabatnya yang lain. Begitu cepat. Di Melbourne sudah Jumat ketika dia pergi, untuk selama- lamanya. Sementara saya di sini masih terseok-seok berusaha menyelesaikan Kamis.

Sebagaimana pandangan orang-orang yang bersama bekerja dalam proyek literasi yang dibangunnya lewat MIWF, Shinta Febriany sutradara Kala Teater dan berkali-kali menjadi kurator bagi MIWF yang telah menjadi rekan kerja dan sahabat sejak lama itu terkesan begitu kehilangan. Bukan hanya secara personal, tapi lebih luas lagi bagi dunia literasi dan sastra di Indonesia khususnya dedikasi untuk memunculkan dan memperkenalkan penulis-penulis di kawasan Indonesia timur khususnya anak-anak muda dan perempuan. Bukan hanya itu, upaya itu tersebut menjadi rintisan bagi penulis-penulis di kawasan timur Indonesia untuk membuka jejaring hingga ke level internasional.

“Sebuah kehilangan besar bagi kita. kak Lily adalah sosok yang berdedikasi tinggi untuk kemajuan literasi dan sastra. kak lily memiliki daya kebaikan dan inspirasi yang disebarluaskan ke banyak orang,” ungkap Shinta.

Kehilangan yang terlampau dalam dan mengejutkan itu juga dirasakan sahabat dan rekan kerjanya yang lain. Tak urung Riri Riza sutradara nasional – yang menjadi rekan dan sahabat yang membangun Rumahta’Artspace suatu ruang budaya untuk kawasan Indonesia Timur didirikan di kota Makassar – tak bisa mengungkapkan kesedihannya baik di akun Instagram pribadinya maupun dikomentarnya pada unggahan Farid yang mengabarkan meninggalnya istrinya itu paling awal.

Unggahan Farid itu sendiri ditanggapi 391 komentar dan 1.584 like, pada Jumat keesokannya. Beberapa tokoh publik baik disekitaran dunia literasi, influencer dan aktivis terlihat memberi komentar turut berbelasungkawa. Seperti Najwa Shihab, Suzy Hutomo (owner The Bodyshop), Aslan Abidin, Aan Mansyur, Shinta Febriany, Fadly Padi, Anwar Fuadi, Intan Paramitha atau Sihir Perempuan, Jannet direktur Ubud Writers Festival, Reda musisi dan penulis dan banyak lagi.

Lalu rupanya, sudah sebulan lebih ia kembali harus masuk rumah sakit yang sama, Kak Lily -begitu ia kerap disapa beberapa sahabat dan rekan kerjanya di MIWF maupun Rumahta Artspace – yang biasanya begitu aktif dengan segala macam aktivitas baik pekerjaan pentingnya diseputar dunia literasi, bekerja di depan laptop mengordinisakan satu atau lebih proyek, hingga sekadar mengabadikan aktivitas keluarga kecilnya di dapur dan saat bersama rekan-rekan tanah air di Australia terutama dari Sulawesi Selatan. Sat itu harus beristirahat di atas tempat tidur rumah sakit. Lalu dengan tenang didampingi seorang anak lelakinya, Fawwaz Naufal Farid dan suaminya Farid Ma’ruf Ibrahim, Lily pergi ke peristirahatan abadi untuk selamanya.

Dedikasi pada dunia literasi, lingkungan, media dan isu perempuan.

Lily Yulianti, perempuan kelahiran Makassar 16 Juli 1971, sudah menggemari menulis cerita sejak masa kecilnya. Ia terkenal aktif dan bergerak cepat. Rekan-rekannya banyak mengenalnya sebagai sosok yang sangat aktif tak bisa lama diam, ceria, suka berjejaring dan mengenal orang banyak.

Ia juga sudah berkecimpung di bidang sastra terutama saat menjadi mahasiswa di fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin Makassar dan terlibat di media kampus Identitas yang dimiliki kampus negeri di Makassar ini. Kegemarannya menulis cerita berkurang saat menjadi wartawan kompas untuk kontributor Makassar. Tapi ia tak berhenti menulis. Profesi sebagai jurnalis kompas dilakoninya selama empat tahun, yakni sejak 1996 hingga tahun 2000. Keinginannya untuk meraih jenjang pendidikan yang lebih tinggi begitu besar hingga ia mendapatkan kesempatan beasiswa di Australia pada tahun 2001.

Lily mengambil gelar master pada studi “Gender and Development” (Jender dan Pembangunan) tahun 2004. Suaminya, Farid menyusul ke Australia sebulan setelah Lily terbang ke Australia, juga membawa anak semata wayang mereka, Fawwaz Naufal Farid.

Farid harus meninggalkan pekerjaan sebagai redaktur pada media cetak di Makassar, lalu mencari pekerjaan paruh waktu di negeri Kangguru. Sementara Lily selain kuliah, juga bekerja sebagai produser Radio Australia, Melbourne hingga masa studinya selesai.

Usai meraih gelar magisternya di Australia, Lily mendapatkan pekerjaan sebagai sebagai spesialis program radio/produser pada Radio Jepang NHK World, Tokyo. Farid pun turut serta bersama anaknya ke Jepang sembari menjadi kontributor sebuah media Eropa untuk kontributor Asia.

Lily pada 2006 Lily menjadi kolumnis untuk “Nytid News Magazine”, Norway, dan masih berhubungan dengan majalah tersebut hingga masa akhir hayatnya.Tahun itu pula ia mulai kembali mengembangkan kegemarannya menulis cerpen sekaligus mengembangkan sebuah gejala baru dalam dunia jurnalistik dan media. Ia menggarap sebuah media Panyingkul! yang membasiskan diri pada paradigma citizen journalisme atau jurnalisme warga -secara ringkas, konsep jurnalisme warga meletakkan publik pembaca sebagai obyek sekaligus subyek berita.

Panyingkul! suatu proyek yang digarap serius Lily bersama rekan-rekannya di Makassar sebab media warga ini mengambil pusat tema dan cerita kota Makassar. Ia juga tak berhenti menulis artikel untuk media luar dan dalam negeri. Hingga tahun 2008, Lily berhasil membukukan kumpulan cerpen pertamanya, Makkunrai -diterbitkan penerbit Nala Cipta Litera- yang menginspirasi Lily mengembangkannya menjadi sebuah pendidikan kesetaraan jender, korupsi, poligami dan politik dari perspektif perempuan. Tidak sampai disitu, ia mengajak seorang teman perempuan berdarah Papua, yang juga penulis puisi, aktor monolog di kota Makassar, Luna Vidya untuk membuat Makkunrai Project dan mengalihwahanakan Makkunrai menjadi pertunjukan Monolog.

Di tahun yang sama, ia kembali menerbitkan buku keduanya Maiasura, yang diterbitkan oleh Panyingkul! Tahun berikutnya, 2009 Lily kembali menerbitkan beberapa buku seperti, kumpulan cerita berjudul “Ruang Keluarga” (diterjemahkan kedalam bahasa Inggris”Family Room“) bersama bersama dengan Makkunrai dan Maiasaura oleh Yayasan Lontar sebagai bagian dari Seri “Modern Library of Indonesia.”Lily sempat menjadi pembicara utama panel dengan topik “Global Journalism and Organizing” pada Konperensi tahun 2009 “Women, Action & The Media” di Cambridge.

Tahun berikutnya, di 2010 bersama dengan Riri Riza, sutradara tenar yang juga berdarah Sulsel itu mendirikan Rumahta” Artspace -suatu ruang alternatif kebudayaan untuk kawasan Indonesia Timur yang didirikan di kota Makassar -akta pendirian yayasan Rumahta’ tertera 6 orang dari 3 simpu keluarga. Riri dan Lily didapuk mengelola lembaga tersebut dengan pembagian tugas Riri membangun sinema yang mengangkat isu dan sineas muda di kawasan Indonesia Timur lewat program Makassar SEA Screen Academy. Lily sendiri membangun dan mengembangkan program literasi lewat Makassar Writers Festival Festival Penulis Internasional Makassar yang berlangsung sejak pertengahan Juni tahun 2011.

Lily Yulianti terus bergerak. Ia bahkan sedang menyiapkan kembali MIWF 2023. Masih cukup aktif melakukan komunikasi ke jejaring program. Semangatnya terus menyala untuk dunia literasi dan sastra. Rumah sakit sebenarnya tak bisa membuatnya diam untuk tidak terus aktif, hingga ia harus beristirahat kembali karena sakit yang dideritanya lebih dari setahun itu.

Lily Yulianti Farid seperti dikabarkan suaminya, pergi dengan damai dan tenang menuju istirah panjang dan abadi, tidak hanya meninggalkan seorang suami dan seorang anak lelaki juga sebuah jejak warisan rumahta’Artspace dan MIWF.

Hari ini, telah 7 hari berpulangnya funding MIWF ke peristirahatan panjang nan damai.(#)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita terkait

Berita Terbaru